Merasakan Open Trip ke Gunung Prau

Cerita Open Trip ke Gunung Prau
Pemandangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dari Gunung Prau. Foto: Fachrul Irwinsyah
Ga pernah kebayang rasanya ikutan open trip buat naik gunung. Semua gara-gara si Evi yang tiba-tiba ngomong kalau dia mau ke Gunung Prau pakai jasa open trip. Informasi itu sukses ngebuat keinginan lama gua buat naik gunung muncul lagi dan akhirnya berangkat.
Gimana ga berangkat, Prau adalah salah satu gunung yang ingin gua kunjungin. Terus waktu keberangkatannya pas banget lagi cuti bersama Lebaran. Kebetulan gua lagi gak ngambil jatah masuk di momen Lebaran jadi sangat bisa buat cabut.

Ya pilihannya mau lewatin cuti bersama Lebaran dengan diam doang di rumah atau pergi ke Prau? Tentu aja gua pilih pergi.

Gua ikut trip yang sama dengan Evi yaitu tanggal 5-6 Mei 2022. Tapi keberangkatan tanggal 4 Mei malam. Titik kumpulnya di parkiran LBH UKI Cawang.

Sebelum ke titik kumpul, gua lebih dulu mampir ke rumah Evi, kita emang rencana berangkat bareng. Awalnya dia mau berangkat dari rumah gua terus pesan taksi online ke titik kumpul, ide itu gua tolak.

Daripada berangkat dari rumah gua, mending dari rumah dia. Soalnya rumah dia ada di pinggir jalan besar jadi bisa langsung naik taksi online dari depan rumah. Nah kalau rumah gua ada di dalam gang mesti jalan dulu ke titik jemput. Terus halaman rumah dia juga luas, gua bisa titip motor di sana. Lebih ringkas kan.

Perjalanan ke titik kumpul begitu lancar, jadi bisa sampai dengan cepat. Di sana peserta yang lain sudah berkumpul dan ada juga yang masih dalam perjalanan.

Sekitar pukul 20.00 WIB, rombongan lengkap. Kami pun berangkat setelah mengurus tas dan tempat duduk. Namun perjalanan belum mulus karena ada dua peserta yang harus dijemput, satu di Bekasi dan satu lagi di Cirebon. Setelah itu barulah kami tancap gas menuju Basecamp pendakian di Dusun Wates, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung.

Suasana di travel. Foto: Fachrul Irwinsyah
Ini perjalanan darat yang jauh tentu ga gas terus. Kita berhenti sekali di rest area untuk makan dan ke toilet. Kalau ga salah juga mobilnya ada yang perlu disetel. Setelah semua beres perjalanan dilanjutkan kembali.

Gak ada hal menarik selama perjalanan sampai sekitar pukul 03.20 WIB. Saat itu tiba-tiba aja gua kebelet pipis. Sialnya rest area ga ada yang dekat, jadilah gua sempat kencing dalam botol sebelum akhirnya mobil bisa berhenti di pinggir jalan dan gua selesaikan di sana.

Sialnya gak lama setelah itu mobil keluar tol dan menemukan SPBU untuk isi solar. Dasar sial giliran udah kelar baru ketemu solusinya. Hahaha...

Cerita Open Trip ke Gunung Prau
Pemandangan di Basecamp Wates Gunung Prau. Foto: Fachrul Irwinsyah

Rombongan tiba di Basecamp pukul 07.37 WIB, Kamis (5 Mei 2022). Turun dari mobil tidak ada yang menunjukkan wajah excited. Semuanya lelah karena baru perjalanan darat yang panjang, ditambah dengan mereka baru bangun tidur.

Oh iya, rombongan kami isinya 20 orang. Mayoritas perempuan.

Setelah mengumpulkan nyawa dan bersih-bersih ala kadarnya barulah beberapa ada yang mulai foto-foto. Sambil nunggu panitia yang bertanggung jawab untuk urusan di Basecamp, kaya ngatur makan dan sebagainya.

Pemandangan dari Basecamp Wates Gunung Prau. Foto: Fachrul Irwinsyah

Setelah panitia dari open trip-nya lengkap kami menuju tempat singgah, yaitu warung makan yang ada di seberang Basecamp. Di sana kami makan, bersih-bersih, packing ulang, dan bersiap untuk mendaki. Makanan pagi itu udah ditanggung oleh pihak open trip.

Foto bersama sebelum mulai mendaki. 

Dalam catatan gua, rombongan meninggalkan Basecamp pukul 10.20 WIB. Awalnya sebagian ada yang mau jalan kaki ke Pos 1, namun akhirnya diputuskan semua naik ojek untuk menghemat waktu. Biayanya Rp 25 ribu, di luar dari biaya open trip.

Ojek yang mengantar dari basecamp ke Pos 1. Foto: Fachrul Irwinsyah

Hemat waktu dengan naik ojek sekitar 30-60 menit, katanya. Selain itu juga pastinya hemat tenaga. Sebenarnya terlepas dari itu, sisi positif naik ojek adalah ikut memberikan rezeki buat warga lokal sana. Selagi harganya masuk akal dan kita sanggup kenapa enggak. Toh, jadi pengalaman yang seru juga. 

Rasakan sensasinya naik ojek nanjak sambil gembol tas keril. Ngebut pula. Gua aja sampai meluk abangnya karena takut jomplang.

Gua tiba di Pos 1 pukul 10.42 WIB. Pos ini namanya Blumbang Kodok 1977 mdpl. Ini gerbang awal pendakian. Anak-anak banyak yang foto-foto di sini.

Pos 1 Blumbang Kodok 1977 mdpl, gerbang pendakian. Foto: Fachrul Irwinsyah

Perjalanan baru dilanjutkan ke Pos 2 setelah rombongan lengkap dan sudah puas foto-foto. 

Trek Pos 1 ke Pos 2 terbilang biasa aja, ga ada yang terlalu parahlah. Meskipun ada yang bentuknya kaya tangga tapi jaraknya masih pendek-pendek. Jadi ya ga terlalu sulit untuk dilewatin.

Jalur dari Pos 1 menuju ke Pos 2. Foto: Fachrul Irwinsyah

Awal jalan masih baris rapi, rapat. Tapi setelah beberapa menit barulah mulai ada jarak. Dan gua jadi yang paling belakang bareng si Evi. Di belakang kita berdua ada panitia yang bertugas sebagai sweeper untuk memastikan tidak ada rombongan yang tercecer.

Trek dari Pos 1 ke Pos 2. Foto: Fachrul Irwinsyah

Jarak dari Pos 1 ke Pos 2 terbilang dekat. Gua tiba di Pos 2 yang bernama Cemaran itu sekitar pukul 11.20 WIB. Di sini gua sempat minum, tapi istirahatnya ga lama. Gua mulai jalan lagi 8 menit kemudian.

Istirahat di antara Pos 2 dan Pos 3. Foto: Fachrul Irwinsyah

Evi si anak sehat istirahat di trek antara Pos 2 dan Pos 3. Foto: Fachrul Irwinsyah

Menuju Pos 3 Sudung Dewo treknya lebih panjang dan beragam. Tapi lebih enak karena kondisi treknya terbuka, maksudnya kita bisa lihat pemandangan saat jalan. Beda sama trek sebelumnya yang tertutup. Sayangnya, saat itu suka ada kabut jadi kurang puas buat lihat pemadangannya.

Trek dari Pos 2 ke Pos 3. Foto: Fachrul Irwinsyah

Trek dari Pos 2 ke Pos 3 yang lebih terbuka. Foto: Fachrul Irwinsyah
Medan ke Pos 3 juga ga berat. Ga beda jauh lah dengan yang dari Pos 1 ke Pos 2.

Pos 3 berada di ketinggian 2375 mdpl. Gua tiba di sini pukul 12.09 WIB. Suasana Pos 3 enak banget, banyak pohon pinus dan lahannya luas. Bisa banget buat buka tenda kalau udah ga kuat buat lanjut ke camp area.

Pos 3 Sudung Dewo di ketinggian 2375 mdpl

Di pos ini juga rombongan yang jalan duluan dan belakangan ketemu. Mereka yang jalan duluan udah istirahat lama di pos ini.

Ga jauh dari Pos 3 ada mata air. Nah, buat yang ga bawa air atau habis, bisa ambil di sini.

Rombongan yang baru datang di Pos 3. Foto: Fachrul Irwinsyah
Setelah Pos 3 itu camp area, tapi jalan ke sana masih panjang. Udah gitu treknya lumayan nanjak. Yang paling berkesan itu trek yang bentuknya anak tangga. Itu trek panjang benar.
Trek anak tangga setelah Pos 3. Foto: Fachrul Irwinsyah
Tapi ga sepanjang jalan semua nanjak. Abis anak tangga yang panjang itu, banyak jalan landai yang menyusuri pinggir bukit.

Sekitar pukul 13.06 WIB gua tiba di simpang Bukit Rindu. Ga jauh dari situ, gua istirahat sebentar sembari menikmati pemandangan.

Trek dari Pos 3 yang lebih terbuka. Ini di simpang Bukit Rindu. Foto: Fachrul Irwinsyah

Lumayan lama isitirahatnya, maklum habis jalan panjang dan nanjak. Kurang lebih 20 menitlah baru dilanjut jalan lagi.

Oh iya, ada kejadian menarik di sini. Jadi waktu kita jalan itu ketemu sama anak kecil yang naik bareng orang tuanya. Kami ketemu dia udah dari di basecamp sampai akhirnya ketemu lagi di Pos 3.

Di pos 3, itu bocah kita ledekin suruh jalan. Soalnya sepanjang jalan dia digendong orang tuanya. Nah di tempat gua istirahat kita ketemu lagi, tapi ternyata udah mau jalan sendiri. Katanya si biar dapat coki-coki, soalnya dijanjiin ama anak-anak kalau mau coki-coki harus jalan sendiri. Hahaha...

Gak cuma itu, dia juga senang karena di jalan ngelihat elang terbang. Sampai di Pos 3 elang yang dia lihat mucul lagi, terbang di atasnya. Langsung aja bocah itu ngambil batu buat nimpuk si elang. Eh, sialnya dia ngelempar batunya vertikal alhasil tuh batu jatuh pas banget kepala dia. Nangis dah tuh bocah, untung kaga kejer biar pun kepalanya tetap benjol. Hahaha...

Bocah itu baru nangis kejer pas jatuh saat di camp area. Mungkin akumulasi kali ya. Hahaha...

Trek dari simpang Bukit Rindu menuju camp area. Foto: Fachrul Irwinsyah

Lanjut ke perjalanan, pukul 13.42 WIB gua tiba di pelang Sunrise Camp Palawangan 2500 mdpl. Seperti biasa gua berhenti dulu sebentar untuk kemudian dilanjut lagi naik 20 mdpl ke Camp Area Cemoro Tunggal. Ga jauh dari pelang area itu tenda kami berdiri.

Foto di Sunrise Camp Pelawangan 2500 mdpl. Foto: Fachrul Irwinsyah

Dalam catatan waktu gua, kami tiba di tenda pukul 14.17 WIB dan jadi yang terakhir kalau tidak salah. Artinya perjalanan gua dari Pos 1 ke tempat kemah ini memakan waktu sekitar 4 jam. Ini termasuk lama atau enggak ya? Entahlah orang gua juga baru pertama kali ke sini. Tapi yang penting perjalanan naiknya dilewatin dengan senang.

Siang di Camp Area

Bunga-bunga di dekat tenda kami. Foto: Fachrul Irwinsyah

Karena ini adalah open trip, maka saat sampai di lokasi camping tenda sudah berdiri semua. Gua tinggal masuk ke tenda yang masih kosong.

Gua sampai dengan kondisi badan yang capai dan perut lapar. Namun karena makanan belum siap jadilah untuk sementara diisi dengan cemilan dan minuman hangat yang disiapkan panitia.

Jalan dari tenda ke Sunrise Camp Petak Banteng. Foto: Fachrul Irwinsyah

Waktu luang yang panjang juga gua isi untuk beres-beres barang di tenda. Ga banyak sih cuma nyiapin sleeping pad dan posisi tidur aja, sama jaket dan kaos kaki buat malam.

Oh iya, gua juga nyiapin pakaian ganti karena gak enak pakai pakaian trek buat tidur di tenda. Semua harus fresh selagi bisa.

Pemandangan perbukitan dari camp area. Foto: Fachrul Irwinsyah

Lokasi tenda gua berada di bawah sunrise camp Patakbanteng 2565 mdpl yang jadi primadona buat camping di Gunung Prau. Tapi biar tahu rasanya di atas sana maka sore itu gua dan yang lain jalan ke Sunrise Camp tersebut.

Di pelang merah penujuk arah, lokasi itu juga disebut dengan nama Sunrise View. Cuma sayang sampai di sana kabut lagi tebal banget, jadi gak kelihatan pemandangannya.

Tapi namanya juga pengalaman pertama, jadi kami tetap gas buat foto-foto. Soalnya di sana ada pelang tulisan Gunung Prau-nya. Cocoklah buat foto-foto.

Foto bersama di Sunrise Camp Patakbanteng 2565 mdpl.

Dari sana kami juga nyeberang ke Sunset View yang lokasinya ada di belakang Sunrise View dan lebih tinggi. Keputusan buat ke sana karena melihat kabut di sana sudah terbuka, ternyata sampai sana sama aja. Kabutnya tebal lagi.

Kami ga lama di Sunset View selain ga ada yang bisa dipandang, juga hari udah mau malam. Jadi kami memutuskan untuk kembali ke tenda.

Prau yang Dingin

Prau malam itu sebenarnya tidak terlalu dingin. Setidaknya gua merasakan itu hingga tengah malam. Entah karena udara yang emang tidak dingin atau pakaian gua yang sudah berlapis.

Malam itu gua pakai kaos, terus dilapis jaket bahan fleece, ditambah luaran jaket bahan polar. Gua juga pake sarung tangan polar dan kaos kaki yang tebal.

Lokasi tenda kami. Foto: Fachrul Irwinsyah

Cuma celana aja yang tipis. Gua cuma pakai celana dalam dan luaran sebuah celana panjang dengan bahan yang tipis.

Tapi semua itu cukup untuk membuat gua bertahan dari dingin ketika di tenda maupun pas kumpul nongkrong depan tenda sebelum tidur.

Bahkan setelan itu gua pakai untuk tidur tanpa dibungkus sleeping bag. Kondisi itu bertahan dari pukul 21.00 WIB sampai 00.30 WIB. Soalnya di tengah malam tiba-tiba aja dingin menusuk-nusuk tubuh gua yan tipis. Jadilah gua di tengah gelap dalam tenda grasak-grusuk buka sleeping bag dan masuk ke dalamnya.

Wah! Lumayan jadi lebih hangat.

Mengejar Sunrise

Jalan subuh-subuh buat nyari tempat nikmatin sunrise. Foto: Fachrul Irwinsyah

Pagi adalah waktu yang paling ditunggu setiap naik gunung. Mereka yang sering bangun siang saat di tengah kota pun akan berusaha untuk bisa bangun pagi saat di gunung. Sangat pagi malah. Hahaha...

Semuanya demi bisa lihat momen matahari terbit alias sunrise di puncak. Keindahan yang sulit didapat di kota. Apalagi kaya Jakarta.

Menunggu matahari terbit. Foto: Fachrul Irwinsyah

Hari itu gua sama rombongan jalan niatnya mau ke titik Sunrise View, yang kemarin sore didatengin. Tapi melihat di sana banyak tenda yang artinya ramai banget orang, jadi diputuskan untuk ga ke sana.

Gua memilih menikmati matahari pagi tidak di tempat yang paling tinggi. Posisi gua berada gak jauh dari tenda. Jaraknya cuma beberapa menitlah dari tempat camping.

Menanti matahari terbit. Foto: Fachrul Irwinsyah

Menanti matahari terbit. Foto: Fachrul Irwinsyah

Di sanalah gua duduk sejenak. Menikmati keindahan alam yang diciptakan tuhan. Setiap hembusan nafas dingin yang keluar adalah ucupan syukur masih dikasih kesempatan untuk lihat keajaiban Tuhan.

Mengabadikan momen sunrise di Gunung Prau. Foto: Fachrul Irwinsyah

Sama seperti kebanyakan orang. Gua juga ga mau keindahan itu hanya terekam dalam ingatan. Maka itu gua ikut merekamnya dalam dalam memori kamera. Meskipun yang tergambar di memori tak bisa menandingi keindahan saat melihatnya langsung.

Perbukitan di sekitar tempat gua menikmati matahari terbit. Foto: Fachrul Irwinsyah

Oh, iya. Tempat gua pagi itu bukanlah puncak gunungnya. Kalau lihat tulisan di Camping Area Patakbanteng yang kami datangi sore hari, di sana tulisannya udah 2565 mdpl artinya sudah sama tingginya dengan ketinggian Gunung Prau. Tapi di sana ga ada tulisan puncaknya dan kalau menurut Mba Azizah, salah satu teman perjalanan kami, Puncak Prau masih ada di atas lagi. Kira-kira jaraknya sekitar 1,5 jam perjalanan dari lokasi tenda kami. Di sana pendaki bisa menemukan tulisan "Puncak Gunung Prau 2.565 Mdpl" layaknya puncak gunung-gunung lain.

Deretan tenda di Sunrise Camp. Foto: Fachrul Irwinsyah

Yang gua bingung di Camping Area Patakbanteng, sebenarnya ada pelang yang menunjukkan arah, tapi ga ada satu pun yang bertuliskan puncak. Menurut Mba Azizah juga memang itu ga ditulis di sana. Dan kebanyakan orang mengira tempat terebut sebagai puncaknya.

Terlepas ini puncak atau bukan, pemandangan yang pagi itu gua dapatin sudah cukup mengobati rasa rindu karena udah lama gak naik gunung. Gua puas dan senang dengan apa yang udah gua dapat hari itu.

Foto dulu biar punya kenang-kenangan. Foto: Harry

Puas foto-foto, gua kembali ke tenda. Di sana panitia udah nyiapin es buah. Gak lama sarapan menyusul dihidangkan.

Turun Gunung

Pagi itu hari terakhir gua berada di Prau. Setelah selesai sarapan dan beres-beres, gua jalan turun.

Ada sedikit perbedaan pas naik dan turun. Kali ini Evi gua suruh jalan duluan, soalnya gua belum kelar packing. Hahaha...

Perjalanan turun. Foto: Fachrul Irwinsyah

Soal packing gua emang suka lama, soalnya kalau buru-buru suka ada yang ketinggalan. Setelah semua gua pastikan masuk tas barulah gua jalan untuk turun.

Perjalanan turun juga menyenangkan karena langitnya bersih. Jadi bisa foto-foto pemandangan yang pas berangkat tertutup kabut.

Di tengah jalan gua akhirnya ketemu lagi sama si Evi. Padahal gua kira dia udah jauh, ternyata tidak segitunya.

Dalam catatan gua, perjalanan turun ini lebih cepat. Iya lah ya, namanya juga turun.

Pemandangan saat saampai di Pos 1 untuk turun. Foto: Fachrul Irwinsyah

Gua mulai jalan dari tempat camping pukul 08.35 WIB. Lalu sampai di Pos 1 yang gerbang pendakian itu pukul 10.08 WIB. Artinya cuma sekitar 1,5 jam. Padahal ya gua sempat berhenti lama di Pos 2, untuk makan nata de coco.

Sampai di Pos 1, juga berhenti dulu, istirahat sambil nunggu yang lain. Beberapa dari kami ada yang mutusin buat naik ojek lagi sampai basecamp, ada pula yang memilih jalan kaki, kaya gua sama Evi. Alasannya sepele, biar bisa motret sambil jalan. Di sisi lain lumayan irit Rp 25 ribu. Hahaha...

Pemandangan saat jalan kaki turun dari Pos 1 ke basecamp. Foto Fachrul Irwinsyah

Jalan kaki turun dari Pos 1 ke basecamp lumayan melelahkan dan kayanya gua paling lambat. Catatan waktu gua kami mulai jalan pukul 10.12 WIB dan sampai di basecamp pukul 11.00 WIB. Beberapa kali juga diduluin sama rombongan di belakang.

Sampai di basecamp, rombongan open trip ini sudah pada melepas lelah. Ada yang udah mandi dan makan, bahkan sedang asyik tidur. Lama banget kah gua sampai?

Menanti Bus dan Pulang ke Peradaban

Di basecamp gua dapat makan siang sekali lagi dari panitia. Gua pikir setelah makan gak lama kami akan pulang, ternyata tidak.

Mobil yang dipakai saat itu bermasalah. Sehingga pihak travel menukarnya jadilah ada keterlambatan datang.

Pemandangan saat di jalan pulang. Foto: Fachrul Irwinsyah

Kami baru benar-benar meninggalkan basecamp pukul 18.41 WIB, Jumat (6 Mei 2022). Di jalan pun ga mulus-mulus amat. Mulai dari mobil yang katanya motong jalan terus masuk hutan dan seperti tersasar, terus nabrak mobil lain di tol, sampai terjebak di Tambun karena jalanan macet. Dan jangan lupa juga jalanan di tol yang macet karena bertepatan arus balik mudik Lebaran.

Suasana bus saat lewat jalan yang kanan-kirinya hutan. Foto: Fachrul Irwinsyah

Dengan segala rintangan itu, mobil yang kami tumpangi baru tiba di Parkiran LBH Cawang UKI, tempat titik kumpul awal, pukul 08.58 WIB, Sabtu (7 Mei 2022). Sebelum tiba, si Evi ternyata udah pesan taksi online duluan dan mobilnya datang ga lama setelah kami turun dari travel. Gokil gercep bener tuh bocah. Jadilah gua langsung balik kanan.

***

Ya, meskipun perjalanan pulang ga mulus, tapi semua yang terjadi itu tetap ga bisa ngalahin kebahagiaan pengalaman gua di Prau. 

Perjalanan ke Prau pakai jasa open trip juga membuka keinginan lama gua untuk naik ke beberapa gunung. Saat ini berharap bisa naik gunung bareng teman-teman lama sepertinya sudah sulit. Jadi kenapa enggak pakai cara yang lain. Meskipun jalan sendiri dengan teman, akan selalu punya cerita tersendiri.

Oh ya, kalau harus menilai jasa open trip yang gua apakai ini, gua ga bisa karena ini pengalaman pertama gua ikut open trip. Tapi secara keseluruhan naik guanung dengan jasa open trip jelas mempermudah pendaki.

Setidaknya buat kalian yang ingin naik gunung tapi ga punya teman berpangalaman dan ga bisa masak, open trip adalah solusianya. Karena pasti ada panitia yang akan menunjukkan jalan, peralatan kelompok seperti tenda sudah dibawakan dan terpasang saat kalian tiba di camp area, juga makanan semua disediakan. Ya kalian cuma bawa peralatan pribadi serta cemilan selama di perjalanan.

Jadi ke mana ya selanjutnya?

***

Nama Open Trip: Dolan Semeru

Biaya ke Prau 5-6 Mei 2022 dari Jakarta: Rp 550.000

Fasilitas: Mobil travel, makan di Basecamp 2x, makan di camp area 2x, minuman hangat selama di camp area, penunjuk jalan, tenda untuk 4-5 orang.


Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post