Pemandangan dari Tepian, Merak, Banten. Foto: Fachrul Irwinsyah |
13 Oktober 2024 lalu gua bersama pacar gua, Rahma, memutuskan untuk liburan singkat ke ujung Pulau Jawa. Tepatnya ke sebuah coffee shop yang berada dekat dengan Pelabuhan Merak, Banten.
Perjalanan ini sebenarnya udah lama diminta Rahma. Video singkat di TikTok dan Instagram jadi pemicunya. Pemandangan laut jadi penguat keinginannya datang ke tempat itu. Rahma suka banget laut.
Untuk menuju ke tempat itu butuh waktu libur seharian. Hitung-hitungannya mesti tepat, telat sedikit bisa enggak pulang. Makanya setelah berbulan-bulan diomongin, rencana itu baru terwujud 13 Oktober lalu.
Masalah utama ke coffee shop itu adalah jarak. Di GMap jaraknya dari rumah Rahma ialah 136 km, jika ditempuh dengan sepeda motor itu makan waktu 3 jam 17 menit. Sementara kalau naik mobil dengan lewat tol waktu tempuhnya 1 jam 53 menit, tanpa tol butuh waktu 3 jam 34 menit.
Nah, kebayangkan pegelnya kaya apa kalo naik motor. Naik mobil? Gua ga punya mobil dan ga bisa bawa mobil. Belom lagi ama nyasar-nyasarnya. Jadi gua memilih menggunakan transportasi umum dengan KRL. Dalam benak gua sepertinya lebih menyenangkan kalo bertualang naik KRL menuju Merak.
Jadilah rencana perjalanan dibuat. Gua susun dan cek jadwal kereta dari Stasiun Pasar Minggu sampai Stasiun Merak. Naik kereta ini sebenarnya waktu tempuhnya lebih lama dibanding naik kendaraan pribadi. Tapi lebih irit dan di benak gua lebih seru.
Suasana di Jaklingko. |
Gua berangkat dari rumah Rahma sekitar pukul 09.00 WIB. Kami sengaja naik JakLingko menuju Stasiun Pasar Minggu karena gua belom pernah sama sekali naik JakLingko.
Sampai Stasiun Pasar Minggu barulah naik KRL hingga Stasiun Rangkasbitung, stasiun paling ujung di jalur hijau muda. Tapi untuk sampai Rangkasbitung, gua dan Rahma mesti transit dua kali, yakni di Stasiun Manggarai dan Stasiun Tanah Abang.
Naik KRL ini agak-agak sulit untuk ditebak kapan akan datang keretanya. Kadang datang lebih cepat dari catatan gua, kadang ada juga yang berangkatnya lebih lama. Catatan gua ini mengacu pada jadwal KRL yang ada di aplikasi Access by KAI. Gua catet H-1 berangkat.
Patokan gua yang paling penting adalah sampai Rangkasbitung harus sebelum pukul 13.50 WIB. Karena kereta ke Merak itu kereta lokal bukan KRL kaya lintas Jabodetabek, tapi lebih kaya kereta jarak jauh. Tiket yang gua beli itu untuk keberangkatan pukul 13.50 WIB.
Makan siang di Stasiun Rangkasbitung. |
Setelah melewati 27 stasiun KRL akhirnya kami tiba di Stasiun Rangkasbitung sekitar pukul 13.11 WIB. Dalam rencana gua, mestinya kami makan siang di stasiun ini, tapi karena takut telat akhirnya gua beli roti aja di minimarket yang ada di stasiun. Sementara Rahma beli sejenis udon gitu. Kami makan itu sebelum naik kereta. Lumayan bikin kenyang.
Tiket yang gua beli itu tiket tanpa tempat duduk. Awalnya kami berdiri di ujung salah satu gerbong karena kereta penuh. Tapi pihak keamanan akhirnya memberi tahu ada kursi yang kosong di gerbong lain jadi bisa didudukin dulu sampai yang punya kursi naik. Jadi kalau yang punya tiket duduk datang terpaksa kami harus pindah. Menariknya biarpun beberapa kali pindah, tapi gua ama Rahma sepanjang jalan itu dapat duduk. Hahaha...
Seingat gua harga tiket duduk sama berdiri itu sama Rp 3.000 per orang. Cuma kayanya jumlahnya aja yang beda. Karena ga semua orang yang naik menuju stasiun terakhir Merak. Paling banyak itu turun di Serang, kampung gua tuh.
Gua sedikit bernostalgia saat berada di dalam kereta lokal Merak ini. Bentuk bangku dan gerbong keretanya mirip Kereta Matarmaja yang beberapa kali gua pakai untuk ke Malang. Kursinya itu masih kursi tegak. Persis yang ada di kereta Matarmaja. Gua enggak tau sih apa Matarmaja masih pakai kursi yang sama atau udah mengalami perubahan.
Berdiri di kereta Merak sebelum dapat tempat duduk. |
Kereta diesel itu melaju bersama secuplik kenangan gua dengan Matarmaja. Beragam orang naik dan turun. Mulai dari mereka yang bodo amat sampai yang sungkan untuk menegur. Bahasa maupun dialeg mereka familiar bagi gua, terutama kalau lagi kumpul sama keluarga ayah. Kebanyakan yang naik kereta ini memang orang Serang dan sekitarnya.
Pemandangan di balik jendela kereta berubah-ubah dari rumah, sawah, gunung hingga laut dengan kapal-kapal besarnya. Sebuah tanda kami sudah dekat dengan stasiun terakhir Merak. Stasiun ini memang berada persis di sebelah Pelabuhan Merak, bahkan ada jembatan yang menghubungkan peron dengan jembatan masuk ke pelabuhan.
Kami tiba di Stasiun Merak pukul 15.44 WIB, dari yang mestinya 15.35 WIB. Ya ngaret dikit lah ya.
Dari Stasiun Merak ke jalan raya itu mesti jalan kaki yang cukup panjang. Jalannya di tepi rel, tapi aman ko karena itu memang akses untuk pejalan kaki.
Suasana di kereta Merak dengan bangku tegaknya. Foto: Fachrul Irwinsyah |
Sejauh ingatan gua, stasiun ini enggak punya akses masuk mobil maupun motor seperti stasiun-stasiun lainnya. Makanya kita mesti jalan panjang sampai jalan raya.
Dari Jalan Yos Sudarso, Merak, Banten, baru kami melanjutkan perjalanan dengan kendaraan lain, yaitu Grab Car. Sebenarnya bisa aja naik angkot, tapi karena naik taksi online juga murah ya udah kami naik itu aja.
Perjalanan dengan taksi online ini ga lama karena jaraknya emang ga jauh kalo ga salah sih sekitar 8 menitan. Jaraknya juga cuma sekitar 2 kilometer.
Pukul 16.08 WIB, akhirnya gua dan Rahma tiba di Tepian Seaside Coffee & Eatery. Angin laut dan batuan kerikil menyambut kami.
Saat kami tiba kondisi coffee shop itu udah cukup ramai. Beberapa meja dan bangkunya terlihat basah karena hujan baru aja selesai mengguyur tempat tersebut.
Foto bareng di Tepian. |
Di Tepian ada area yang beratap tapi tidak indoor dan area outdoor yang enggak ada atapnya. Area outdoor dengan tanah batuan kerikil itu lebih luas. Karena ga ada batasnya terus kursi dan mejanya bisa di pindah-pindah sama pengunjung, jadi bisa pilih mau duduk di posisi yang mana.
Tepian ini lokasinya bukan di pantai, tapi di tepi laut. Air laut langsung menghantam dinding tanpa ada pasir. Rahma memilih duduk di tepi biar bisa puas lihat ombak. Pacar gua ini emang suka banget laut, karena di Padang tempat dia tumbuh banyak pantainya.
Pemandangan dari Tepian sebenarnya enggak oke-oke banget. Lokasinya dekat kilang minyak Pertamina. Jadi ya yang kita lihat bangunan-bangunan bulat khas kilang minyak. Terus juga kapal-kapal mereka. Sedikit memandang jauh mungkin akan terlihat kapal feri yang berangkat atau akan berlabuh di Merak.
Sementara untuk menunya, menurut gua enak sih. Gua pesan kopi, pisang goreng, dan nasi sai wagyu. Sedangkan Rahma nasi goreng sama milk shake. Semuanya terasa enak, engga ada yang zonk. Menurut kami masih sesuai dengan harganya. Jadi engga asal ramai aja di medsos.
Pulang Penuh Was-was
Foto depan Stasiun Merak pas pertama kali sampai. |
Kereta dari Merak menuju Rangkasbitung hanya ada dua perjalanan saat malam, yaitu pukul 19.00 WIB dan, kalau tidak salah, pukul 21.00 WIB. Jika berangkat pakai kereta terakhir bisa dipastikan tidak ada KRL di Rangkasbitung yang bisa bawa gua dan Rahma ke Jakarta. Maka itu gua beli tiket pulang yang pukul 19.00 WIB.
Untuk mencegah telat sampai Stasiun Merak, kami sepakat pukul 18.00 WIB atau abis Maghrib langsung pesan taksi online dari Tepian ke Stasiun Merak. Sampai situ semua berjalan sesuai rencana. Tidak ada hambatan hingga kereta Merak berangkat.
Kondisi gerbong saat pulang berbeda jauh dengan berangkat, kali ini banyak banget kursi yang kosong. Maka itu gua dan Rahma bisa bebas mau duduk di mana pun meski tiket yang gua beli tanpa kursi.
Meski sudah di kereta, rasa was-was tetap belum hilang. Karena perjalanan pulang ini baru mulus kalau sudah dapat KRL dari Rangkasbitung menuju Tanah Abang. Jika mengacu pada jadwal yang gua catat mestinya masih ada dua rangkaian KRL saat kereta Merak ini tiba di Stasiun Rangkasbitung. Rencana awal kami naik kereta dua dari terakhir, tapi apa daya rencana tinggallah rencana.
Saat kami turun dari kereta Merak semua penumpang berbondong-bondong pindah ke peron KRL. Ada yang berjalan cepat, ada juga yang berlari. Mereka semua mengejar KRL. Kondisi ini membuat debu hasil renovasi berterbangan.
Stasiun Rangkasbitung. Foto: Fachrul Irwinsyah |
Di tengah upaya itu, nyatanya ada pengumuman KRL berangkat. Entah ada berapa banyak penumpang kereta Merak yang berhasil naik KRL tersebut. Tapi rasa-rasanya enggak ada deh. Karena saat pengumuman yang diikuti suara kereta berangkat itu, jumlah penumpang yang masih di jalan cukup banyak.
Ada sedikit drama saat kami akan naik KRL. Kartu multi trip milik Rahma rusak. Kartu ini bengkok karena terduduki saat disimpan di kantong. Jadilah kartu itu tidak terbaca di gate in. Sebenarnya kartu gua juga bengkok, tapi untungnya masih bisa terbaca di gate in.
Rahma agak kesal dengan kondisi ini karena dia nganggap ini salahnya. Apalagi kartu itu baru di top up Rp 20 ribu pas kami sampai Stasiun Rangkasbitung pertama.
Kami sudah mengupayakan untuk meminta bantuan petugas agar kartu itu bisa terbaca, tapi hasilnya nihil. Solusi terakhir beli tiket KRL di aplikasi GoJek.
Rahma sempat merasa kami gagal naik kereta sebelumnya karena masalah kartu itu, tapi gua meyakinkan dia kita udah telat dari di jalan. Jadi ga masalah. Lagi pula masih ada kereta terakhir.
Foto bareng depan Pelabuhan Merak sebelum masuk ke Stasiun Merak. |
KRL menuju Tanah Abang tiba. Gua dan Rahma langsung naik. Alhamdulillah kami dapat kursi dan duduk dengan nyaman karena gerbongnya enggak penuh.
Naik kereta terakhir itu membuat gua menyiapkan rencana cadangan kalau-kalau sampai Tanah Abang ga ada KRL ke Manggarai. Opsinya naik Transjakarta atau taksi online lagi. Sebenarnya sampai sini engga perlu terlalu was-was karena kalau udah di Jakarta opsi transportasinya banyak, tidak seperti kalau terlambat di Rangkasbitung.
Beruntung kami bisa menyelesaikan perjalanan dengan menggunakan KRL. Sampai Tanah Abang perjalanan dilanjut KRL ke Manggarai. Lalu disambung dengan yang menuju Lenteng Agung. Perjalanan pulang diakhiri dengan naik taksi online ke rumah Rahma.
Karena hari yang sudah larut malam, gua engga singgah lama di rumah Rahma. Hanya ambil motor lalu pamit untuk pulang.
Ah... senangnya bisa kembali menepati janji.
Post a Comment
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.