Padepokan Asmorobangun adalah padepokan kesenian yang melestarikan kesenian Topeng Malangan. Keseniaan ini semula dipopulerkan oleh Mbah Serun, kemudian diteruskan Mbah Kiman. Selanjutnya sejak 1930 Mbah Karimun yang merupakan putra dari Mbah Kiman memulai pembuatan Topeng Malangan. Dalam pembuatannya Mbah Karimun dibantu oleh putranya, Taslan. Namun, Taslan meninggal dunia pada 1992 dan sejak itulah Mbah Karimun dibantu oleh sang cucu, Handoyo dalam membuat Topeng Malangan.
Apa itu Topeng Malangan? Topeng Malangan adalah beberapa topeng yang memiliki karakter khusus. Karakter tersebut adalah bagian dari pertunjukan sejenis wayang topeng dan tarian. Nah, di Padepokan Asmorobangun kita tidak hanya bisa melihat karakter-karakter topeng tersebut, tapi kita juga bisa melihat pembuatannya.
Berbekal alamat dari artikel di internet gua bersama teman SMP gua, Evi menuju padepokan tersebut dengan sepeda motor miliknya. Kendaraan roda dua itu pun melaju menyusuri jalan raya yang menghubungkan Kota Malang dengan Kabupaten Malang. Kami sempat kesulitan menemukan lokasinya, namun saat masuk ke wilayah Pakisaji perjalanan kami menjadi lebih mudah karena sudah banyak yang mengetahui padepokan tersebut.
Dari jalan raya kami masuk ke sebuah desa dengan gapura berbentuk topeng. Dari sini, menurut warga sekitar lokasi padepokan tidak jauh lagi. Kami hanya perlu masuk beberapa gang untuk bisa tiba di Padepokan Asmorobangun. Benar saja, tak lama meningggalkan gapura tersebut kami sudah tiba di tempat yang kami tuju: Padepokan Asmorobangun. Meski suasana dan bentuk bangunannya berbeda dari artikel di internet, tapi dari banner yang terpasang, kami yakin inilah lokasinya.
Kedatangan kami disambut oleh tarian dari para anggota Padepokan Asmorobangun. Sebenarnya si itu bukan tarian untuk menyambut kami. Hanya saja kami datang ketika mereka sedang latihan. Yah, tiga hari lagi mereka akan pentas di salahsatu acara di Kota Malang. Makanya mereka sedang sibuk berlatih. Kami pun menikmati latihan mereka dari pinggir gedung pertunjukan padepokan.
Anggota Padepokan Asmorobangun lebih banyak anak-anak. Usia mereka berkisar 5 hingga 13 tahun. Meskipun ada juga orang dewasanya, namun kebanyakan dari mereka berperan sebagai pengiring musik, sementara para pelakon pertunjukan di dominasi oleh anak-anak. Alasannya sederhana, dengan memberikan inti pertunjukan kepada anak-anak maka usia kesenian tersebut akan semakin panjang. Maklum saja usia anak-anak adalah usia yang tepat untuk mengembangkan diri mereka dan diharapakan dari mereka juga bisa mengembangkan kesenian Topeng Malangan.
Di sela istirahat latihan mereka gua mencoba menghampiri salah seorang yang sejak gua datang begitu sibuk mengarahkan anak-anak padepokan. Dia adalah Handoyo, cucu dari Mbah Karimun yang merupakan maestro seni Topeng Malangan seperti yang gua sebut di awal artikel ini. Ia yang menjadi penerus kesenian Topeng Malangan sejak Mbah Karimun meninggal pada 2010 lalu. Selain mengajarkan anak-anak seni pertunjukan wayang topeng dan tari, ia juga mengajarkan cara membuat topeng untuk pentas.
Usai memperkenalkan diri dan miminta izin untuk memotret pembuatan topeng dan latihan mereka, gua pun beranjak ke tempat pembuatan topeng. Tempat pembuatan Topeng Malangan hanya berjarak 1 meter dari tempat latihan. Di tempat ini kita bisa melihat para perajin memahat batang pohon menjadi bentuk kasar topeng. Ada pula yang sudah dipola dan siap untuk diberi warna. Semua proses pembuatannya dilakukan secara manual di tempat ini. Masuk ke dalam ruangan, kita bisa melihat beragam topeng yang telah jadi di dalam sabuah etalase. Di dindingnya terdapat poster yang menerangkan karakter –karakter di setiap topengnya.
Ada perbedaan Topeng Malangan dengan jenis topeng lainnya yang ada di Indonesia. Topeng Malangan memiliki corak khas dari pahatan kayu yang lebih realis dan menggambarkan karakter wajah seseorang. Ada beragam jenis karakter dalam Topeng Malangan: karakter jahat, baik, gurauan, sedih, kecantikan, ketampanan, hingga karakter yang sifatnya tidak teratur. Selain itu topeng khas Malang ini memiliki warna yang lebih banyak dibanding topeng yang berasal dari Solo, Cirebon dan Bondowoso. Ada lima warna dasar yang tertuang dalam Topeng Malangan yakni: merah (melambangkan keberanian), putih (kesucian), hitam (kebijaksanaan), kuning (kesenangan), dan hijau (kedamainan).
Di Padepokan Asmorobangun, topeng tidak hanya dibuat dalam ukuran 1:1 seperti yang digunakan saat pertunjukan. Topeng yang terbuat dari batang pohon sengon ini juga dibuat dalam ukuran kecil seperti gantungan kunci. Ada juga yang dibuat dalam bentuk souvenir lainnya yang bisa dibeli dan dipesan oleh pengunjung padepokan. Semua itu dilakukan agar semakin banyak masyarakat yang mengenal kesenian tersebut.
Pun begitu dengan harapan gua ketika pulang dari sana. Melalui tulisan ini dan beberapa foto semoga makin banyak yang mengetahui kesenian khas Malang tersebut. Kalau bisa tidak hanya sekadar tahu, tapi juga ikut melestarikannya.
Post a Comment
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.