Tenanglah di Sana, Karena di Surga Tidak Ada Luka


Kamis, 3 Desember 2020, pagi itu cuaca tidak begitu baik. Hujan turun dengan malu-malu membasahi tanah sejak dini hari. Suasana hari itu menjadi lebih sendu ketika kabar duka datang dari seorang teman.

"Telah berpulang ke rumah Bapak di surga, Thereis Love Eko Sandy K ..." begitu bunyi pesan dari salah satu grup WhatsApp.

Sejak beberapa waktu lalu pria yang akrab disapa Deris itu memang sudah dikabarkan sakit. Dari info terakhir yang didapat, penyakit kanker getah bening yang dideritanya di tahap stadium empat dan sudah sangat parah. Ia harus menjalani perawatan di rumah sakit dengan sejumlah selang di tubuhnya.

Deris harusnya mulai kemoterapi pada Jumat, 4 Desember 2020, untuk melawan kanker yang ia idap. Namun, Tuhan punya rencana lain untuk memenangkan laki-laki itu dari penyakitnya.

Tuhan memanggilnya ke surga saat Deris berjuang keras di RSCM. Dua hari sebelum pria itu merayakan ulang tahun ke 26.

Tuhan maha benar, di surga tidak ada luka. Deris tidak lagi merasa sakit. Ia tenang di sana.

***

Sedikit bercerita tentang Deris. Gua sendiri sebenarnya tidak mengenal dekat, yang gua tahu dia adalah anggota Kaphac 32 angkatan Citrapata XX.

Satu hal yang selalu gua ingat dari Deris adalah setiap nama lengkapnya disebut, gua pasti terkesima. Dua kata dinamanya berbahasa Inggris, yang kalau di-Indonesia-kan berarti "ada cinta". Keren kan, hahaha...

Sepengetahuan gua dia orang yang baik. Hal itu juga terlihat dari salam pelepasan yang disampaikan teman-teman gua di media sosial. Toh, Tuhan aja manggil dia lebih cepat kan, artinya dia orang baik yang disayang Tuhan.

Oh iya, gua sempat ngoprek isi hard disk saat tahu dia bagian dari pameran foto Citrapata. Kebetulan gua datang saat pameran itu digelar dan karya dia terekam di kamera gua.

Karya Thereis di pemeran foto Citrapata.

Citrapata adalah pameran yang dibuat oleh teman-teman angkatan XX saat masih calon anggota. Di pameran itu Deris mengangkat foto tentang pembuatan lilin untuk Imlek. Rangkaian foto cerita itu diberi judul "Pemancar Cahaya, Pemberi Makna".

Ada satu paragraf di narasi fotonya yang cukup menarik. Tulisan itu menjadi penutup dalam narasi tersebut, juga menutup tulisan ini. Bunyinya begini:

Melihat cahaya yang terpancar pada lilin-lilin Imlek menginspirasi kita untuk terus menjadi 'terang' di dalam kehidupan dan menjadikan hidup ini bermakna bagi sesama. Selama lilin tersebut masih bercahaya, maka selama itu cahaya menerangi kegelapan. Selama kita masih mampu memberi makna dalam hidup, maka selama itu juga hidup kita tak akan sia-sia.

-Thereis Love-

Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post