Merayakan 30

Pemandangan di Gunung Sumbing. Foto: Fachrul Irwinsyah

2023 jadi tahun yang penuh arti bagi gua. Di tahun itu usia gua genap 30 tahun. Siapa yang sangka tahun pertama berkepala tiga ternyata penuh dengan kebahagiaan yang layak untuk dirayakan.

Mulai dari Februari. Gua bisa kembali nonton Sheila on 7 setelah mereka "hiatus" karena pandemi. Ini bukan pertunjukan sembarangan, karena bergelar konser tunggal. Mereka tampil 2 jam membawakan lagu-lagu yang pernah dibuatkan video klipnya.

Masih keinget gimana keselnya kalah war ticket saat awal penjualan dibuka. Lalu berusaha cara lain sampai akhirnya bisa dapet juga tiketnya.

Sheila on 7 usai konser Tunggu Aku di Jakarta

Pertunjukan 2 jam itu benar-benar mengobati rindu gua sama aksi panggung mereka. Meskipun tetap merasa kurang karena masih ada lagu-lagu yang gua ingin dengar tapi ga dibawain mereka di panggung itu.

Selain Sheila on 7, gua juga berkesempatan menyaksikan konser tunggal Dewa 19 di 2023. Dengan berbagai macam drama sebelum, saat dan sesudah konser, pengalaman menyaksikan Ahmad Dani dan kawan-kawan cukup layak untuk dirayakan.

Lalu di tahun ini juga perjalanan naik gunung gua berlanjut. Kali ini dengan sepatu baru hasil kerja di Lebaran.
Sepatu hasil kerja di Lebaran

Gua memulai dengan mencoba menyelesaikan 7 gunung tertinggi di Jawa. Di tahun ini gua berhasil nyicipin Lawu dan Sumbing. Nama terakhir sukses membuat kaki gua cidera yang sampai saat ini masih sering terasa.

Selain itu, gua juga melanjutkan keinginan mencoba 6 Summits of Indonesia. Setelah tahun sebelumnya ke Rinjani, kali ini gua menyanggupi untuk naik ke Kerinci. Urutan kedua dari daftar 7 Summit Indonesia. Artinya tanpa Cartenz Pyramid, Kerinci jadi yang tertinggi.

Suasana di puncak Kerinci.

Perjalanan ke Kerinci layak buat dirayakan. Karena summitnya disapa badai. Dan turunnya, gua ditemani cidera lutut yang kambuh lagi usai dari Sumbing.

Di tahun ini juga akhirnya gua merasakan kembali naik gunung secara mandiri. Gua mendaki bareng teman sekantor ke Merbabu. Menyenangkan akhirnya bisa ngeteng lagi, nyusun perjalanan sendiri.

Kelelahan di tengah jalur pendakian Merbabu via Suwanting.

Dari sisi hiburan, tahun ini kesampean nonton 2 band yang udah lama banget gua denger lagunya tapi belum sempet nonton konser mereka. Dua band ini terbilang jarang manggung, makanya pertemuan dengan keduanya layak dirayakan.

Ya, gua akhirnya kesampean nonton Monkey to Millionaire dan FSTVLST. Monkey to Millionaire gua temuin di Syncronize Festival, sedangkan FSTVLST gua saksikan di Pestapora. Dua band itu tampil dengan repertoar asoy, yang bikin gua jingkrak-jingkrakkan dan nyanyi bareng.

Penampilan Monkey to Millionaire di Syncronize Fest. Foto: Fachrul Irwinsyah

Selain 2 band itu, di 2023 gua juga menyaksikan show The Cash, band mitos beranggotakan Vincent, Desta, Tora. Mereka tampil di panggung Saundrenaline dengan vokalis baru: Surya Insomnia.

Di Soundrenaline juga gua kembali menyaksikan band luar negeri. Kali ini 30 Second to Mars. Biarpun mereka udah ga se-rock beberapa tahun lalu, tapi bisa melihat Jared Leto tampil adalah sesuatu yang harus dirayakan.

Penampilan FSTVLST di Pestapora. Foto: Fachrul Irwinsyah

Perayaan terakhir terjadi di penghujung tahun. Tuhan melengkapi kebahagian gua dengan kisah asmara.

Desember 2023, gua punya pacar. Namanya Rahma. Perempuan itu teman satu kantor gua. Tapi kami beda divisi, beda kerjaan juga. 

Hal beda antara gua dan dia juga masih banyak. Jenis kelamin, tinggi badan, ukuran sepatu, ukuran pakaian, dan lain-lain. Kalau semua sama kami seperti anak kembar dong.

Gua dan Rahma.

Yang jelas jalan sama dia menyenangkan dan semoga dia juga senang. Jadi kami bisa terus senang-senang sehingga makin banyak yang bisa kami rayakan.

Begitu juga doa gua untuk tahun depan, 2024: "Semoga Makin Banyak yang bisa dirayakan".


Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post