Tentang JIS, Stadion Berlabel Internasional yang Belum Siap Gelar Acara Besar

Konser Dewa 19 di JIS
Konser Dewa 19 di JIS. Foto: Fachrul Irwinsyah

Konser Dewa 19 pada 4 Februari 2023 benar-benar membuka mata semua orang bahwa JIS belum siap menggelar acara besar. Setidaknya stadion berlabel internasional itu hingga saat ini belum bisa digunakan dengan kapasitas maksimal: 82.000 orang.

Konser yang digelar pada Sabtu malam itu jadi barometer karena ditonton oleh 75.000 orang. Jumlah ini mendekati kapasitas maksimal JIS.

Lantas apa aja permasalahan yang ada di JIS?

Pertama pintu masuk dan keluar yang cuma satu di ramp barat membuat sulit menciptakan sirkulasi manusia yang baik jika jumlahnya sebanyak itu. Sebelum acara mungkin terlihat baik-baik saja karena penonton datang tidak bersamaan, tapi saat bubaran acara akan jadi masalah.

Permasalahan akses ini sulit untuk dicarikan solusi. Lokasi JIS ga strategis: sisi Timur sudah mepet dengan danau cincin, sisi Utara mepet dengan rel kereta, sisi Selatan mepet dengan perumahan. Artinya udah ga ada ruang untuk JIS memperluas akses masuk atau keluarnya.

Kondisi itu juga membuat JIS tidak bisa menambah area terbuka untuk memecah massa.

Bayangin massa dari berbagai pintu tribun mengarah ke satu titik pintu keluar. Terjadilah bottleneck.

Setelah keluar langsung disambut dengan jalan yang lebarnya tak seberapa, ditambah lagi ga ada trotoar. Bisa bayangkan betapa menumpuknya mereka di jalan tersebut?

Kondisi itu benar-benar perlu perhatian. Harus ada petugas yang benar-benar mengatur alur massa.

Kedua lahan parkir. JIS memang diciptakan sebagai stadion yang diakses dengan kendaraan umum. Di ujung ramp barat terdapat halte Transjakarta, lalu ada juga stasiun KRL Ancol yang jaraknya sekitar 2 kilometer. Tapi dua transportasi umum itu tidak mungkin bisa mengangkut semua penonton.

Dari sejumlah data, KRL maksimal bisa mengangkut 250 orang dalam satu gerbong. Satu rangkaian kereta ada 12 gerbong. Itu artinya sekali jalan KRL hanya bisa mengangkut 3.000 orang. Setidaknya butuh 7 rangkaian kereta untuk mengangkut seperempat penonton JIS. Masalahnya puluhan ribu orang yang menunggu kereta mau ditaruh mana?

Kemudian Transjakarta, kapasitas busnya dari data yang gua dapat maksimal cuma 100 orang, itu untuk bus ukuran besar. Anggaplah semua bus untuk di JIS adalah bus gandeng, yang artinya bisa angkut penumpang hingga 200 orang. Berarti butuh sekitar 100 bus gandeng untuk angkut seperempat penonton JIS.

Ingat bus sebanyak itu ga mungkin terparkir dalam satu waktu, artinya perlu sebuah ruang menunggu untuk para calon penumpang. Di mana tempatnya?

JIS saat dibangun
Pembangunan JIS. Foto: Fachrul Irwinsyah

Mari berandai-andai semua kebutuhan transportasi umum itu (bus dan kereta) tercapai. Artinya masih ada separuh penonton JIS atau sekitar 40.000 orang yang belum terangkut. Anggaplah mereka membawa kendaraan pribadi.

Parkir di dalam area JIS hanya muat untuk 1.500 kendaraan. Di sekitar JIS ada beberapa gedung yang bisa jadi kantong parkir, tapi hemat gua kapasitasnya ga lebih besar dari parkiran JIS.

Saat konser Dewa 19, penyelenggara menyiapkan kantong parkir untuk sepeda motor si di RSPI Sulianti Saroso, Hotel d'Arcici, dan Universitas 17 Agustus. Serta gua juga melihat ada yang parkir di gedung Mitra Praja.

Semua parkiran itu ga lebih besar dari JIS, tapi coba kita anggap kapasitasnya sama, yaitu 1.500 kendaraan. Artinya 4 kantong parkir ditambah dengan area dalam JIS itu bisa menyelesaikan kebutuhan parkir bagi 7.500 kendaraan penonton, dengan catatan itu sepeda motor semua. Anggaplah satu motor dipakai 2 orang maka, 14.000 penonton JIS sudah teratasi.

Itu untuk mereka yang bawa motor, bagaimana penonton yang bawa mobil? Jika merujuk pada perhitungan di atas, maka masih ada sekitar 26.000 penonton. Anggaplah mereka bawa mobil. Berkaca pada konser Dewa 19, parkir mobil berada di JIExpo dan Ancol. Penyelenggara menyediakan shuttle bus ke dua tempat itu. Bus yang kemarin digunakan, sepanjang penglihatan gua, menggunakan armada Transjakarta non gandeng. Artinya satu bus hanya bisa mengangkut 100 orang. Itu berarti penyelenggara butuh 260 shuttle bus, jika ingin bisa mengatasi penonton sekali jalan.

Ingat arus lalu lintas harus benar-benar clear kalau mau transportasi umum berjalan dengan lancar. Minimal kendaraan itu punya jalur khusus yang membuat mereka bisa melaju tanpa harus terlibat kemacetan.

Untuk yang satu itu petugas harus benar-benar tegas. Kendaraan yang parkir di badan jalan harus benar-benar ditindak dan kendaraannya diangkut ke kantong parkir agar lalu lintas di sana tidak tersendat.

Ketiga, fasilitas pejalan kaki di sekitar JIS harus dibenahi. Trotoar lebar yang nyaman dan membuat pejalan kaki aman hingga tempat mendapatkan kendaraan umum.

Saat konser Dewa 19 kemarin, ga semua sisi jalan sekitar JIS ada trotoarnya. Sekalinya ada kondisinya juga buruk. Tidak nyaman bagi pejalan kaki.

Karena stadionnya bertaraf internasional mestinya sih trotoarnya kaya di kawasan Bunderan HI lah minimal.

Fasilitas jalur pedestrian ini wajib hukumnya kalau JIS masih menjunjung konsep datang dengan kendaraan umum.

Sebuah Utopis

Nonton Dewa 19 di JIS
Gua setelah nonton Dewa 19 di JIS. Foto: Fachrul Irwinsyah

Dari berbagai pandangan itu gua merasa ga poin itu sulit untuk diwujudkan dalam waktu dekat. Apalagi untuk kebutuhan transportasi umum sebanyak yang gua bilang di atas, kayanya sulit diwujudkan. Utopis.

Sepertinya membangun JIS dengan kapasitas 82.000 penonton adalah sebuah kesalahan. Stadion dengan lokasi yang tidak strategis itu lebih cocok di bangun dengan kapasitas yang lebih sedikit, 40.000 penonton misalnya. Dengan begitu sirkulasi penonton gua rasa akan jauh lebih lancar.


Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post