Cerita Sepeda: Sepedahan Takbiran

Gua foto di depan Jakarta Islamic Center. Foto: Fachrul Irwinsyah

Ketika bingung mau sepedahan ke mana, menentukan tema adalah cara terbaik untuk menjawabnya. Seperti yang gua lakukan pada Sabtu sore, 9 Juli 2022.

Hari itu bertepatan dengan malam takbiran karena besoknya mayoritas umat Islam di Indonesia merayakan Idul Adha. Jadilah tema takbiran gua pakai buat sepedahan sore itu.

Karena temanya takbiran gua pun memilih rute sepedahan dengan titik-titik singgah di masjid. Selain masjid, gua juga melewati lokasi-lokasi yang akan dijadikan tempat salat Idul Adha.

Selepas Ashar, sekitar pukul 15.43 WIB, gua menuju tempat pertama yaitu Jakarta Islamic Center (JIC). Lokasinya ga jauh dari rumah gua. Masjid ini merupakan yang termegah di Jakarta Utara. Tanah tempat dibangunnya masjid ini dulunya merupakan lokalisasi.

Jakarta Islamic Center. Foto: Fachrul Irwinsyah

Dari JIC gua melaju ke Sunter. Di daerah ini gua melewati Masjid Ramlie Musofa, masjid dengan bangunan unik.

Kalau dilihat-lihat bangunannya mirip-mirip Taj Mahal. Tapi luasnya ga sebesar bangunan di India itu. Tulisan di depan masjid ini ada tiga bahasa, yaitu Arab, Indonesia, dan China.

Masjid Ramlie Musofa. Foto: Fachrul Irwinsyah

Pergowesan gua kemudian dilanjut ke daerah Kemayoran. Di sini gua melintasi Masjid Akbar Kemayoran. Bagian luar masjid ini tiap sore selalu ramai oleh pedagang kaki lima. Selain itu juga arena permainan.

Masjid Akbar Kemayoran. Foto: Fachrul Irwinsyah

Kelar dari sana gua melaju ke daerah Jakarta Timur. Kali ini bukan masjid, tapi gereja. Tepatnya GPIB Koinonia.

Tenang, gua ga bilang kalau di gereja itu menjadi tempat salat Id. Tapi jalan depan gereja itulah yang selalu menjadi tempat salat Id. Beberapa tahun belakangan beberapa media sering memotret salat Id di sana, secara visual dapat menggambarkan keberagaman.

Jalan raya depan GPIB Koinonia. Foto: Fachrul Irwinsyah 

Perjalanan gua kemudian dilanjutkan ke Masjid Agung Sunda Kelapa. Sebelum sampai di sana, gua melewati Stasiun Matraman. Bangunan baru itu cukup membuat gua takjub: rapi dan terlihat mewah, bos! Meskipun ga sebesar Stasiun Manggarai.

Jarak dari GPIB Koinonia ke Masjid Agung Sunda Kelapa ditempuh dalam 18 menit. Asyiknya ke masjid yang satu ini ialah melewati perumahan mewah, termasuk rumah dinasnya Wapres RI.

Commuter bike gua terparkir di seberang Masjid Sunda Kelapa. Foto: Fachrul Irwinsyah

Rumah-rumah mewah juga masih jadi pemandangan main sepeda gua saat menuju ke Masjid Cut Mutia, destinasi keenam. Ehem, gua lewat rumahnya Megawati!

Masjid Cut Mutia menempati bangunan tua peninggalan Belanda. Bangunan ini mulai jadi masjid di era Gubernur Ali Sadikin berdasarkan SK yang keluar pada 18 Agustus 1987. Sebelum itu gedung tersebut berganti-ganti fungsi oleh pemerintah Belanda, Jepang, maupun Indonesia.

Bangunan sisa Belanda yang kini jadi Masjid Cut Mutia. Foto: Fachrul Irwinsyah

Di Masjid Cut Mutia ini akhirnya gua melihat hewan kurban. Ada sejumlah sapi dengan ukuran besar di halaman masjid yang sudah disiapkan untuk kurban. Di sisi lain halaman juga ada sejumlah kambing untuk kurban.

Gua juga cukup berlama-lama di sekitar masjid ini. Nyari batagor buat isi perut yang mulai lapar. Karena masjid ini lokasinya berdekatan dengan Stasiun Gondangdia dan banyak banget tukang makanan.

Sapi kurban di Masjid Cut Mutia. Foto: Fachrul Irwinsyah

Setelah isi perut perjalanan berlanjut ke Masjid Istiqlal. Yah, seperti biasa Istiqlal di akhir pekan selalu ramai. Apa lagi mau hari raya makin meriah.

Bangunan yang baru selesai direnovasi membuat Istiqlal terlihat begitu indah. Ada satu spot foto yang gua mau potret, tapi karena banyak orang jadi gua bergeser ke tempat lain. Tapi tetap asoy.

Bayangan gua saat ngaso di seberang Masjid Istiqlal. Foto: Fachrul Irwinsyah

Destinasi terakhir gua hari itu ialah Jakarta International Stadium (JIS). Lapangan bola yang selalu disebut ikon baru Jakarta itu menjadi tempat salat Idul Adha. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menggelar salat Id di sana.

Suasana JIS saat malam takbiran. Foto: Fachrul Irwinsyah

Ini kali kedua JIS menjadi tempat salat Id. Sebelum buat Idul Adha, Pemprov DKI sudah menggunakan JIS untuk salat Id pada Idul Fitri kemarin.

Sepedahan takbiran ini akhirnya selesai malam itu. Dari JIS gua kembali ke rumah lewat jalur favorit gua. Kira-kira gua sampai rumah sekitar pukul 19.48 WIB, artinya kurang lebih sepedahan gua hari itu 4 jam lah. Kalau catatan GPS sih 3 jam, soalnya waktu berhenti buat makan gua pause GPS-nya.



Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post