Tragedi yang Membawa Kembali


Gak terasa udah 9 bulan kebijakan kerja dari rumah alias work from home (WFH) diterapin kantor gua. Kalo ga salah ingat itu dari pertengahan Maret 2020, setelah pemerintah ngumumin Indonesia pandemi corona.

Layaknya janin dalam perut ibu, di bulan ke 9 ini akhirnya gua diminta untuk keluar. Ya, liputan lagi langsung dari lapangan. Ga kaya 9 bulan kemarin, liputannya dari siaran langsung yang liputan di lapangan.

Kebijakan ini sepertinya hanya untuk sementara. Mengingat gua dikirim ke lapangan karena tragedi. Sebuah alasan yang tidak menyenangkan.

Tragedi itu ialah kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Pesawat rute Jakarta-Pontianak itu jatuh dari langit di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari 2021. Lokasinya berada di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang.

"Besok pagi stand by jalan ke Pulau Seribu," bunyi pesan singkat dari koordinator liputan (korlip) kantor gua selepas Magrib, beberapa jam setelah kabar pesawat jatuh.

Gua sendiri tahu ada pesawat jatuh dari siaran televisi, maklum hari itu gua lagi libur jadi untuk sejenak melepas HP. Di layar TV tertulis headline Pesawat Sriwijaya Air hilang kontak.

Duh, kecelakaan lagi!

Gua bergegas kembali ke kamar dan melihat HP. Benar saja grup WhatsApp sudah ramai sejak sore soal kabar itu dan pesan dari korlip gua itu doang yang gua bales untuk memastikan keberangkatan.


Tim SAR gabungan mencari Sriwijaya Air SJ-182.

Tragedi jatuhnya pesawat yang masih di sekitar Jakarta itu tidak hanya membawa gua kembali liputan ke lapangan. Tapi juga membawa memori kelam pada November 2018 lalu.

Dua tahun lalu satu pesawat milik Lion Group, Lion Air JT610 mengalami kecelakaan serupa. Pesawat jatuh dari langit dan menghantam laut.

Saat itu pencarian dilakukan selama 13 hari oleh seluruh instansi yang punya unsur SAR di negeri ini. Kapal-kapal mereka berangkat ke tengah laut untuk mencari yang tersisa dari kecelakaan itu.

Semua yang ditemukan dievakuasi ke Posko di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di sana akan dipilah antara puing pesawat dan barang pribadi milik korban maupun korban itu sendiri. Korban dan barang-barang pribadinya akan dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga.


Penyelam dari Basarnas saat pencarian Lion Air-JT610

Dan semua yang disebut di paragraf atas terulang di kecelakaan tahun ini. Posko evakuasi di JICT sudah berdiri sejak Sabtu, 9 Januari 2021 malam. Kapal KRI dan Basarnas sudah merapat ke lokasi diduga titik jatuhnya pesawat sejak hari itu juga.

Sedangkan gua jalan ke lokasi pencarian sehari setelahnya, Minggu, 10 Januari 2021. Gua berangkat dengan kapal sewaan kantor bareng tiga orang lainnya yang masih sekantor pastinya.

Itu jadi liputan perdana gua di lapangan setelah WFH. Dan sepertinya masih berlanjut karena korlip gua udah kirim pesan.

"Besok ke JICT, tapi tetap harus jaga jarak, pakai masker, jangan desak-desakan," tulisnya.

Sudah tahu kan bagian terakhir pesan itu tertulis karena apa? Ya, pandemi corona yang mewujudkan WFH dan kita semua jadi terbiasa dengan masker dan menanggalkan sejenak jabat tangan.

Besok akan jadi sebenar-benarnya lapangan. Kita ketemu lagi teman-teman media.

Semoga pencarian kali ini bisa lebih cepat dari yang sebelumnya. Semakin banyak yang ditemukan.

Terpenting, kecelakaan ini sudah ke sekian kalinya. Harus dievaluasi agar tidak terulang kembali.

Turut berduka untuk keluarga yang ditinggalkan. Damai di sisiNya untuk mereka yang pergi.

Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post