Catatan Liputan: Lima Hari Liputan di Tengah Pandemi


Seperti yang gua tulis di catatan sebelumnya, gua merasakan liputan di lapangan lagi setelah berbulan-bulan menjalankan kerja dari rumah alias work from home (WFH). Semua dimulai dari hari Minggu, 10 Januari 2021 lalu dan berakhir pada Kamis, 14 Januari 2021.

Cuma 5 hari memang, itu pun hanya dua lokasi. Semuanya terkait dengan SAR Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari 2021.

Hari pertama gua lebih banyak berada di atas kapal melihat bagaimana tim SAR gabungan bekerja. Selain itu juga mampir sebentar ke Pulau Lancang mencari saksi jatuhnya pesawat. Sedangkan sisanya ditempatkan di JICT memantau perkembangan SAR Sriwijaya Air SJ-182.

Meskipun liputan lapangan ini singkat, tapi cukup memberikan pengalaman gimana rasanya meliput di tengah pandemi. Jika digambarkan dengan satu kata, liputan di tengah pandemi ini: RIBET!

Sepanjang liputan gua mesti pakai masker karena memang itulah pertahanan paling sederhana untuk mencegah penularan virus corona. Rasanya itu ga enak banget, kaya ada yang ganjel di mulut dan hidung.

Terus sebisa mungkin menghindar dari kerumunan. Beruntung, liputan gua berada di luar ruang dan lokasi konferensi pers ditempatkan di area steril yang luas. Narsum bicara dengan pengeras suara dari lokasi itu. Jadi ga perlu berdesakan banget untuk dapat bahan liputan.

Seinget gua cuma satu kali ada momen yang buat gua berada dalam kerumunan yaitu saat Flight Data Recorder (FDR) black box pesawat ditemukan. Gua terpaksa ada di kerumunan buat ambil video. Itu pun ga sampai bikin badan kejepit-jepit.

Sebenarnya yang paling rawan bukan proses mendapatkan beritanya, tapi setelah dapat bahan beritanya. Seringkali wartawan itu selalu berada dalam kelompok, momen ini kadang membuat kita lupa sama masker. Entah karena baru selesai merokok atau sudah ga nyaman pakai masker dalam waktu yang lama sehingga kita abai.

Apalagi saat liputan di Posko JICT, gua bareng wartawan lain dari pagi sampai malam. Selalu ada saat dimana kita ngobrol bahan berita sampai cuma gosip. Ada kalanya ngerokok dan makan. Di momen-momen itu kadang kita lupa sama masker, dan ga mungkin juga kita jauh-jauhan. Inilah yang bikin rentan.

Salah? Iya memang. Tapi membuat otak selalu sadar sama protokol kesehatan itu capek. Apalagi buat orang kaya gua yang sebodoamatan. Ga gampang.

Gua aja di hari-hari terakhir mulai suka lupa pakai masker karena habis makan atau minum dan keenakan ngobrol. Apalagi mereka yang udah berbulan-bulan liputan. Bisa jadi sudah mewajarkan pelonggaran-pelonggaran tersebut.


Bukan cuma saat liputan doang, tapi setelah liputannya pun tidak kalah melelahkan. Gua harus bersihin semua barang-barang yang menurut gua sering dikeluarin dari tas kaya HP, ID card, power bank dan kabelnya, serta botol minum. Saat itu si gua bersihin pakai hand sanitizer cair yang mengandung alkohol 70 persen. Gak tahu ya ngaruh atau tidak, tapi setidaknya membuat gua lebih PD lah.

Udah gitu gua juga tiap sampai rumah ga berani lansung naik ke kasur kalau belum ganti baju. Padahal mah dulu ya bodo amat aja. Sekarang mesti ganti baju dan mandi dulu baru bisa leha-leha. Capek!

Kalau dipikir-pikir lagi, pekerjaan wartawan emang rentan tertular virus si. Lokasi liputannya sering berpindah-pindah dan yang ditemui mulai dari rakyat jelata sampai pejabat elit. Sangat bisa sekali jadi agen penularan. Beruntung si beberapa acara liputan mewajibkan rapid atau swab test antigen sebelum acara. Setidaknya bisa menjamin kesehatan awak media.


Dengar cerita teman-teman yang lain juga ga begitu enak. Gak ada swab test rutin yang mereka dapat dari kantor, baik itu antigen, antibodi, ataupun PCR. Kalau ada itu pun hanya awal-awal pandemi aja sisanya ada yang diminta buat cari gratisan aja. Kantor baru nanggung kalau hasilnya reaktif dan perlu buat swab PCR.

Masker dan multivitamin juga cuma dapat dari kantor pas awal-awal pandemi aja. Sedih ya, padahal udah ga sedikit juga wartawan yang kena corona. Alhamdulillah si mereka yang terinfeksi bisa sehat lagi. Tapi tetap aja kita harus waspada.

Sekarang gua kembali lagi ke kandang alias WFH karena seminggu ke depan bakal piket malam. Pesan gua buat teman-teman di lapangan:

Pintar-pintarlah siasati berita, jago-jagolah jaga kesehatan!


Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post