Kesal bukan main saat kantor meminta gua masuk pada Minggu (2/12) lalu. Gua diminta bantu untuk meliput Reuni 212 di Monas, Jakarta Pusat. Bukan apa-apa, hari itu masalahnya adalah hari libur gua. Ditambah lagi pemberitahuan itu baru disampaikan H-2 acara.
Pada hari Minggu itu juga gua berencana untuk nonton konser Traxkustik di SCBD, Jakarta. Bukan cuma rencana si, tapi gua udah beli tiketnya. Itu yang bikin berat.
Emang si waktu dua acara itu berbeda. Reuni 212 dimulai dari pukul 03.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Sedangkan Taraxkustik baru mulai pukul 14.00 WIB sampai 22.15 WIB. Masih ada selisih dua jam untuk datang ke acara musik tersebut. Tapi, yang namanya liputan Reuni 212 itu pasti capai total. Istirahat dua jam gak cukup buat ngilangin lelah. Belum lagi kalau ternyata ada agenda sore yang mesti dikejar. Ah, sirna sudah Rp 205.000 gua.
Gua gak sendirian beberapa teman gua yang lain juga merasakan hal yang sama: harus mengganti libur mereka. Bahkan kejadian serupa juga dialami di media lain.
Kantor gua emang gak kejam-kejam banget si. Gua dapat kompensasi penambahan satu hari libur yaitu Sabtu (1/12) dan Senin (3/12). Sebuah tawaran yang menarik, tapi tetap gak merubah perasaan gua.
Dengan sedikit kesal di hati, Minggu (2/12) usai salat Subuh, gua berangkat ke Monas. Ya, akhirnya gua berada di sana, di antara mereka yang kebanyakan berpakaian putih.
Proses peliputan pun dilakukan gua ditugaskan untuk meliput peristiwa yang terjadi di bundaran patung kuda dan sekitarnya hingga acara itu selesai sekitar pukul 12.00 WIB. Tapi selesainya acara gak berarti gua bisa langsung pulang seperti peserta reuni. Gua masih harus memantau kondisi kepulangan peserta aksi di Stasiun Juanda.
Gua udah perkirakan pasti gak akan bisa langsung pulang. Setidaknya gua mesti tetap berada di lokasi, satu atau dua jam setelah acara selesai. Jadilah gua baru benar-benar bebas sekitar pukul 15.00 WIB.
Sekitar jam segitu gua kembali ke Tugu Tani dan makan di restoran cepat saji yang ada di daerah sana. Di restoran itu juga gua bertemu dengan Reki. Sambil makan kami bicara tentang jalannya hari itu. Sebenarnya si obrolannya lebih banyak tentang was-was untuk langsung pulang sore itu. Kami menyusun segala alasan untuk bisa ngeles jika ada agenda dadakan sore atau malam hari itu.
Setelah saling meyakinkan tidak ada lagi agenda, gua dan Reki pun membubarkan diri. Kami berpisah sekitar pukul 16.30 WIB. Reki katanya mau ke gereja, sedangkan gua kembali ke peraduan. Gua ngantuk.
Sepanjang jalan pulang, gua masih menimbang untuk berangkat ke acara Traxkustik atau tidak. Pasalnya beberapa band yang ingin gua tonton baru pada main setelah Magrib, tapi badan sudah capei banget. Hmm...
Post a Comment
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.