Logo Arema. ©istimewa |
Sekitar pukul 3 sore pada tanggal yang sama, Bopi mengumumkan hasil verifikasi terakhir mereka untuk para kontestan Indonesia Super League (ISL) 2015. Dalam keputusannya Bopi tidak merekomendasikan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya untuk ikut ISL 2015. Dengan kata lain Arema dan Persebaya tidak diijinkan ikut bertarung di liga kasta teritinggi tersebut. Itu berarti hanya ada 16 tim yang akan berjibaku di liga yang dikelola oleh PT Liga Indonesia tersebut.
Keputusan itu keluar karena masih adanya dualisme kepemilikan di tim Arema ataupun Persebaya. Adanya pihak lain di luar manajemen yang saat ini mengelola Arema Cronus (dulu Arema Indonesia) yang mengaku berhak atas pengelolaan Arema membuat Bopi enggan merekomendasikan Arema ikut berkompetisi.
Dualisme kepemilikan ini sebenarnya adalah masalah yang terjadi sejak hadirnya Indonesia Premier League (IPL) yang menjadi liga tandingan dari ISL. Dualisme liga yang juga menghadirkan dualisme federasi itu berdampak kepada klub peserta, dan Arema menjadi korbannya.
Arema terbelah dua ada Arema yang bermain di IPL, adapula Arema yang bermain di ISL. Saat itu keduanya menggunakan nama tim dan PT yang sama, Arema Indonesia. Maklum saja saat itu, baik IPL maupun ISL sama-sama mengaku sebagai liga professional yang resmi dan kasta tertinggi di sepakbola Indonesia.
Mengingat awal perpecahan
Akhir musim 2010-2011 Arema kembali mengalami krisis finansial. Tim yang finis sebagai runner up itu harus menunggak beberapa gaji pemain mereka. Demi menutupi financial yang minus M. Nur yang saat itu memimpin Arema menerima bantuan dari Grup Ancora yang diwakili oleh Fanda Susilo. Sayangnya bantuan itu mengantarkan Arema untuk ikut dalam kompetisi IPL musim 2011-2012. Kompetisi tandingan yang dibentuk oleh Arifin Panigoro.
Arema yang berkompetisi di IPL (Arema IPL) menggunakan Stadion Gajayana sebagai kandang mereka. Singo Edan yang diperkuat oleh banyak pemain eks musim lalu mendapat dukungan dari banyak Aremania. Tim ini pulalah yang mengikuti AFC Cup atas hasil Runner up di ISL musim 2010-2011. Stadion Gajayana pun terlihat penuh kala Arema yang dilatih Milomir Selsija itu bermain. Sayangnya di tengah perjalanan Arema yang diinvestori oleh Ancora ini kembali dirundung masalah. Polemik kepengurusan yang terus geger dimanfaatkan oleh Rendra Kresna yang didukung oleh Iwan Budianto menjadi pendana Arema yang bermain di ISL (Arema ISL) musim 2011-2012.
Jelang putaran kedua Rendra yang terdaftar sebagai bendahara Yayasan Arema menarik beberapa pemain bintang di Arema IPL yang membawa Arema juara musim 2009-2010. Hasilnya Kanjuran yang menjadi homebase mereka kembali penuh. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di Gajayana.
Kehadiran mantan pemain skuat juara di Arema ISL nyatanya cukup mengangkat posisi mereka yang sempat terseok di klasemen bawah ke papan tengah klasemen ISL. Tim yang dilatih Joko Susilo ini pun finis diurutan 12 di akhir musim.
Awal musim 2012-2013 kasus dualisme masih jauh dari usai, justru semakin panas dengan dilayangkannya surat somasi dari PT Arema Indonesia/Yayasan Arema Indonesia yang saat itu mengelola Arema IPL kepada PT Pelita Jaya Cronus. Pelita Jaya Cronus disomasi karena dianggap menggunakan nama PT Arema Indonesia dan tim Arema yang secara sah dimiliki oleh PT Arema Indonesia/Yayasan Arema Indonesia yang mengelola Arema IPL. Hal ini termasuk dengan penggunaan logo dll yang menyakut tim Arema. Meski begitu baik Arema IPL maupun Arema ISL tetap berkompetisi di liga masing-masing. Di ISL Arema yang dihuni eks pemain Pelita Jaya Cronus berhasil kembali menjadi runner up di bawah Persipura Jayapura. Sedangkan Arema IPL tak mampuh menembus 4 besar IPL.
Penyatuan liga pun terjadi usai musim 2012-2013. IPL dibubarkan dan 4 tim urutan teratas akan bermain di ISL musim 2014. Sisanya akan bermain di Divisi Utama. PT Liga pun melakukan verifikasi ulang untuk seluruh kontestan ISL tak terkecuali yang mengalami dualisme seperti Arema.
Kasus Arema memang berbeda dengan kasus Persija yang saat itu mengalami dualism juga. Persija mengalami dualisme dengan dua PT yang berbeda. Pengadilan pun sudah memutuskan PT mana yang sah memiliki Persija Jakarta. Itu yang menjadi acuan PT Liga Indonesia memilih Persija di bawah pimpinan Fery Paulus untuk bermain di ISL 2014. Sedangkan kasus Arema berbeda.
Meskipun ada dua tim, Arema dikelola dengan satu PT yang sama baik di ISL ataupun di IPL, yaitu PT Arema Indonesia. Hanya saja orang-orang dikepengurusannya yang berbeda. Inilah yang sampai saat ini membuat bingung kenapa PSSI pada saat itu memilih Arema ISL untuk bermain di ISL 2014. Padahal kubu M Nur ataupun Rendra keduanya sama-sama terdaftar sebagai pengurus Yayasan Arema yang menjadi pemegang saham terbesar PT Arema Indonesia (97%, 3% sisanya dimiliki oleh Sam Ikul).
Kasus ini pun hingga kini masih jalan di pangadilan. Pihak Arema IPL masih menggugat Arema yang saat ini bermain di ISL atas penggunaan logo dan nama. Tidak heran saat manajemen merubah logo di jersey anyar Arema, isu legalitas kembali mencuat.
Ya, tak heran kalau saat ini Bopi enggan memilih di antara keduanya. Karena baik Arema yang bermain di ISL dan mereka yang eks IPL sama-sama memiliki hak yang sah atas pengelolaan Arema. Jadi kita tunggu saja tanggal 4 April nanti apakah bola yang bundar itu akan ditendang di Stadion Kanjuruhan atau kita harus puas melihat Singo Edan hanya menjadi merchandise Kota Malang?
Post a Comment
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.