Mari Tengok Organisasi Kita


Halo teman, gua mau cerita posisi gua di oraganisasi kita saat ini. Banyak dari kalian yang masih menganggap gua ketua. Orang yang berada di puncak hirarki struktur organisasi. Itu keliru!

Sejak Desember tahun lalu organisasi kita saat ini sebenarnya udah gak dipimpin gua lagi, dan gua bukan pemuncak hirarki. Masa jabatan gua abis semenjak November 2014. Sejak itulah tanggung jawab gua sebagai ketua sudah selaesai. Pada pertengahan Desember kita juga sudah memilih ketua Musyawarah Besar (Mubes) yang akan menjadi tonggak awal kepengurusan baru. Dialah yang sebenarnya menjadi orang yang berada di puncak hirarki saat ini. Karena orang tersebut yang memiliki hak dan kewajiban untuk menjalankan Mubes. Forum tertinggi yang bisa mengganti ketua oraganisasi.

Sayangnya, meski sudah dipilih sejak Desember hingga saat ini Mubes belum juga berjalan. Inilah yang membuat organisasi kita seperti zombie. Sepakat atau tidak, tapi itulah yang gua rasakan.

Lalu kenapa gua mau menandatangani berkas yang mengatasnamakan gua sebagai ketua?
Semenjak Desember organisasi kita membuat tiga proposal kegiatan. Dan semuanya masih menggunakan nama gua. Jujur sebenarnya gua gak mau tanda tangani berkas itu. Bukan karena gak percaya akan acara tersebut. Tapi karena memang bukan gua yang harus menandatangani itu semua. Alasan gua mau tanda tangan hanya karena “biar semua cepat selesai”. Gua udah gak peduli lagi akan seperti apa acaranya berjalan. Bahkan ketika acara itu tidak berjalan, gua pun gak peduli.

Kenapa gak dipermasalahkan?
Ketika gua ngabarin masa jabatan gua abis dan harus menggelar Mubes untuk memilih ketua baru, kondisi ruang kecil yang pengab itu semakin panas. Yang kontra mencoba mengutamakan kegiatan calon anggota dan yang pro melihat lebih realistis untuk menggelar Mubes lebih dulu. Maklum saja saat itu hampir setengah dari kepengurusan sudah lulus dan bukan lagi Mahasiswa. Hingga akhirnya voting memenangkan untuk Mubes lebih dulu, kenyataannya hingga kini belum juga berjalan. Jangankan jalan, tanggalnya saja entah kapan?

Dari Januari sebenarnya gua mau mampertanyakan masalah ini, tapi enggan. Karena gak mau buat riwuh dan mengusutkan benang yang udah kusut itu. Gua membiarkan semuanya berjalan karena gua sudah “mati rasa”. Menunggu mereka sadar bahwa ada yang salah dengan organisasi kita.

Double Standard
Alasan kenapa dulu gua mau menjadi ketua karena gua tahu masa jabatan gua abis sebelum gua lulus. Karena ketika gua udah lulus maka gua secara pribadi gak bisa bertanggung jawab lagi untuk organisasi kita. Gua udah gak bisa lagi melihat dinamika kampus yang mungkin akan berpengaruh ke organisasi kita. Waktu gua akan lebih banyak habis di kerjaan daripada di kampus. Hal itu pula yang mungkin dirasakan oleh teman-teman pengurus yang udah lulus juga.

Gua gak bisa berada dalam posisi “double standard”. Satu sisi gua harus bertanggung jawab di organisasi dan satu sisi lain gua punya tanggung jawab di tempat gua bekerja. Sialnya keduanya punya standar yang berbeda, yang membuat gua sulit seirama dengan keduanya. Gua pun harus memilih salah satunya. Dan gua memilih serius di kerjaan dan bersenang-senang di organisasi.

Yap, gua menempatkan organisasi kita sebagai tempat bersenang-senang. Tanpa harus memikirkan hak, kewajiban dan tanggun jawab. Jadi jangan pernah menuntut tanggung jawab ke gua. Karena tempat itu (organisasi kita) memang tempat untuk bersenang-senang. Pun kehadiran gua bersama kalian semua hanya untuk bersenang-senang…

Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post