Instagram, "Biar Foto yang Bicara"

Instagram @paulpolos
Ungkapan “biar foto yang bicara” bukanlah hal baru di dunia fotografi. Para fotografer biasa menggunakan kalimat tersebut untuk menunjukan kualitas karya foto mereka sebagai representasi dari kemampuan memotret mereka. Baik itu fotografer professional ataupun sekedar hobi. Tapi, ada yang lebih penting dari itu, yakni foto mempuh berbicara.

Foto adalah gambar dua dimensi yang merupakan hasil dari perekaman citra pada sebuah film atau sensor pada era digital. Layaknya sebuah gambar, foto juga memiliki makna dan tujuan dalam pembuatannya. Tak jarang makna yang ada dalam foto, membuatnya seakan berbicara kepada mereka yang melihatnya. Bahkan sering pula dianggap berbicara lebih banyak daripada kata yang mampuh ditulis oleh seseorang.


Yah, mungkin itulah yang menginspirasi para perancang Instagram saat membuat media sosial (medsos) tersebut. Maklum, Instagram merupakan medsos berbasis foto. Setiap penggunanya hanya bisa berbagi foto dengan caption di bawahnya. Bermacam foto berrasio 1:1 terdapat di dalamnya. Mulai dari orang bangun tidur, sarapan pagi, foto selfie, hewan peliharaan, gunung meletus, indahnya langit senja atau pemandangan alam menakjubkan. Gak sekedar foto narsis, tapi ada juga yang berbagi layaknya jurnalis. Semua berbagi tentang apa yang mereka lihat, seakan kita dibawa ke sisi bumi yang lain.

Tak hanya yang mereka lihat, ada juga pengguna yang membagi perasaannya melalui foto. Emang sih kadang gak murni foto. Mereka sering menambahkan tulisan atau yang disebut “meme” di foto mereka. Ada juga yang mengunggah gambar berupa tulisan. Tapi sejujurnya gua kurang suka dengan tulisan yang diunggah di Instagram. Gua lebih suka melihat foto, walau itu hanya sekedar ilustrasi atau animasi. Karena gambar memang lebih menarik dari kata, dan jauh lebih menarik lagi saat gambar itu diberi keterangan dengan kalimat yang unik.

Gua sendiri orang baru di Instagram. Gua baru pakai nih medsos sekitar sebulan. Gak lama setelah telepon genggam gua menjadi ‘smart’ dan mendukung aplikasi ini. Sampai saat ini gua masih menggunakan Instagram hanya untuk foto yang gua jepret dari HP. Karena asli gua malas memindahkan foto dari DSLR ke HP, terus harus ngebingkai biar rasionya 1:1. Lagi pula gua udah lebih dulu punya flickr yang jadi tempat untuk nyiman foto-foto hasil DSLR gua. Biar beda dah fungsinya.

Seperti yang tadi gua bilang, gua lebih suka melihat foto. Jadi gua pakai nih media untuk menikmati karya orang lain dan berbagi karya foto gua sendiri. Karya dari apa yang gua lihat, apa yang gua rasakan, juga apa yang terlintas dalam imaji. Dan gua akan biarkan karya itu berbicara dalam benak setiap orang melalui bentuk visualnya. Bebas. Liar. Layaknya imaji dalam kepala seorang bocah.

Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post