Sepedahan ke Kebun Binatang Ragunan. |
Sebenarnya kita janjian udah lama banget buat sepedahan bareng. Tapi mesti tertunda gara-gara gua sakit dan harus isolasi karena positif corona. Jadi janji itu pun baru bisa ditepati pada 14 Maret kemarin.
Tujuan sepedahan kali ini Evi yang nentuin. Kami ke Ragunan. Gua ga tahu kenapa dia kepikiran buat ke kebun binatang, kangen kali sama teman-temannya di hutan. Hahaha...
Kami berangkat sekitar pukul 06.30 WIB dari jembatan Sindang. Titik pertemuan setiap kali gua sepedahan sama si Evi.
Rute gua yang nentuin mulai dari Jalan Yos Sudarso, kemudian berputar di Perintis Kemerdekaan, masuk ke Jalan Ahmad Yani, lalu melewati Jalan Pramuka sampai ke Pasar Rumput. Dilanjutkan ke Jalan Rasuna Said, lurus terus sampai tiba di Taman Wisata Ragunan.
Semudah itu? Tentu tidak. Ini adalah perjalanan paling banyak potong jalannya. Seperti biasa gua selalu mencoba menghindari flyover, setidaknya ada dua yaitu di Kelapa Gading sama Cempaka Mas.
Di Kelapa Gading kami potong jalan dengan "terobos" separator, ini ide Evi. Kalau di Cempaka Mas atau di Jalan Perintis Kemerdekaan kita potong jalan dengan naik ke JPO, ini ide gua. Dan ternyata ada yang panik nyeberang lewat JPO, hahaha...
Suasana jalan di Rasuna Said. |
Di Rasuna Said perjalanan normal, tidak ada lagi motong jalan. Kami lewat underpass sesuai dengan rute. Tapi ini jadi awal gerakan tuntun sepeda yang dipelopori oleh Evi. Dimulai dari bagian keluar underpass, lalu diikuti beberapa titik sepanjang Jalan Warung Buncit sampai Ragunan. Medan jalan di sana memang banyak tanjakan jadi dia beberapa kali milih buat nuntun sepedanya daripada gowes.
Setiap kali ada tanjakan pasti gua milih buat duluin dia terus berhenti beberapa meter nungguin doi sampai. Itu adalah momen terbaik karena gua bisa istirahat sambil ketawain dia yang nuntun sepeda pelan-pelan.
Kami tiba di Ragunan sekitar pukul 08.45 WIB. Kebetulan saat itu adalah hari kedua Ragunan dibuka kembali untuk umum. Jadi kami bisa masuk.
Tiketnya untuk dewasa Rp 4.000 dengan sepeda nambah Rp 1.000. Tapi masuk ke Ragunan itu harus pakai Jakcard. Kalau ga punya kaya kami, bisa beli Jakcard di loket seharga Rp 35 ribu dengan saldo Rp 20 ribu. Jadi cukuplah buat biaya masuk berdua.
Eh iya gua sama Evi masuknya dua kali. Gara-garanya waktu baru masuk kami kelaparan, jadi tujuan pertama kami adalah kantin di dalam Ragunan. Tapi kantin yang ditunjukan sama salah satu petugas ternyata tutup. Jadilah kami keluar dulu untuk makan. Untung gua nemu tempat makan yang masih di area Ragunan, tepatnya dekat tempat parkir sebelum pintu keluar. Jadi ga perlu gowes jauh ke jalanan.
Mampir ke kandang Gajah di Kebun Binatang Ragunan. |
Di antara deretan warung di area parkir Ragunan cuma satu yang buka. Kalau kata pemilik warung, tempat makan di sana banyak yang belum buka karena ada kebijakan batas usia yang bisa masuk ke area Ragunan. Pedagang di sana banyak yang usianya udah lanjut jadi terpaksa belum bisa buka warungnya.
Pedagang itu juga bilang kalau warungnya udah hampir setahun tutup gara-gara pandemi corona. Di momen-momen awal PSBB dagangan pemilik warung banyak yang ga laku. Batas kedaluwarsa membuat stok mereka harus dibuang sia-sia.
"Kalau yang minuman diminum sendiri aja di rumah. Ada yang dibuang juga. Dua dus Pop Mie pernah dibuang. Sekarang mah stoknya secukupnya aja," kata ibu penjual bakso dan ketoprak itu.
Selesai mengisi tenaga kami kembali masuk ke Ragunan, tentunya dengan tapping Jakcard kembali. Kali ini beneran keliling setiap kandang hewan.
Mulai dari koleksi burung sampai kuda nil. Kami juga mampir ke kandang singa, tapi sayang saat itu singanya lagi bobo jadi ga kelihatan garangnya.
Petualangan kami di Ragunan selesai pukul 11.30 WIB. Perjalan pulang kali ini dihiasi dengan awan mendung. Hujan gerimis sampai ringan sempat menerpa kami, sampai-sampai harus neduh sejenak di Circle K Kebon Sirih. Sekalian istirahat dan sedikit makan sih. Isi tenaga karena perjalanan belum selesai.
Foto sama jalan pas sampai Kebun Binatang Ragunan. |
Oh iya, rute pulang emang ada perbedaan dibanding berangkat. Saat pulang dari Jalan Rasuna Said kami lewat Menteng tembus Kebon Sirih sampai ke Lapangan Banteng. Lalu lewat Kemayoran dan tembus Sunter sampai akhirnya tiba di Plumpang.
Sama seperti berangkat, perjalanan pulang juga banyak potong jalannya dan angkat-angkat sepeda. Di Jakarta Selatan Evi juga masih setia sama hobi nuntun sepedanya setiap ketemu tanjakan.
Gara-gara keseringan angkat sepeda, gowes kali ini pegelnya bukan cuma di kaki tapi juga berasa ke lengan. Untungnya si ga ada insiden apa-apa selama perjalanan. Sampai gua tiba di rumah dan si Evi ngabarin, "kaki gue keram dong pas nyampe perempatan Pasar Permai itu. Untung bisa balik lagi tuh kaki hhaha."
Evi sama gua udah berpisah sebelum Pasar Permai, tepatnya di Jembatan Sindang tempat kami janjian berangkat. Sebelum berpisah gua sempat becandain dia buat naik ojek aja biarpun jaraknya udah dekat. Tapi dia kekeh mau tetap gowes karena udah tanggung dikit lagi sampai.
"Evi pantang menyerah hahahha," ungkap dia sok kuat.
***
Petualangan Minggu itu pun selesai dan kini menjadi kenangan. Sekarang kita susun lagi rencana buat akhir pekan nanti. Kira-kira kemana ya?
Post a Comment
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.