Kamera DSLR pertama yang gua punya Nikon D3100 akhirnya resmi terjual. Niatan untuk menjual kamera tersebut sebenarnya sudah lama muncul mungkin sekitar 4 tahun lalu. Tapi saat itu belum benar-benar serius. Hingga akhirnya di awal tahun 2018, gua baru benar-benar serius buat jual kamera tersebut.
Keyakinan itu muncul setelah gua benar-benar merasa sangat jarang menggunakan kamera tersebut. Apalagi gua memutuskan untuk menjadi wartawan tulis dibanding fotografer. Jadilah niat untuk menjual itu semakin bulat dan terwujud di Oktober ini.
Gua menjual kamera tersebut di Tokopedia melalui akun yang gua miliki. Awalnya gua rada pesimis kamera itu akan terjual. Karena cukup lama juga kamera itu mejeng di toko online tersebut tanpa ada yang nawar, mungkin juga gak ada yang lihat. Gua bahkan sudah merencanakan untuk melegonya ke toko kamera di Pasar Baru bila sampai awal November belum juga terjual. Tapi rejeki memang gak akan kemana, penawar kamera itu datang sebelum bulan berganti.
Harga awal yang gua tawarkan adalah Rp 3 juta, tapi pembeli asal Sigli tersebut menawar menjadi Rp 2,5 juta. Karena jumlah tersebut masih lebih besar dari yang ditawarkan oleh penjual kamera di Pasar Baru maka gua pun setuju dengan penawaran tersebut. Selain harganya yang lebih tinggi, dibeli ke pemakai akan membuat kamera itu “hidup” lagi.
Sebelumnya gua memang sempat menawarkan kamera gua ke beberapa toko di Pasar Baru. Rata-rata toko yang gua datangi mau membelinya dengan harga Rp 1,5 juta untuk body D3100 dan lensa 18-55, sedangkan untuk lensa 55-200 yang gua punya harga sekitar Rp 500.000 – Rp 700.000. Itu berarti satu paket kamera yang mau gua jual hanya laku Rp 2,2 juta paling tinggi. Buat gua harganya terlalu rendah. Jujur gua pengen kamera gua laku Rp 3 juta, tapi ya gua juga sadar diri dengan kondisi kamera tersebut.
Kamera Nikon D3100 meilik gua sebelum dikirim ke pembeli. (Foto: Fachrul Irwinsyah)
Penjualan ini menjadi pengalaman pertama bagi gua mengirimkan barang menggunakan JNE. Kalau pengalaman belanja online sih udah banyak banget, tapi sebagai penjual ini yang perdana. Karena itu ketika pengiriman banyak hal yang miss, contohnya kesalahan dalam berat barang. Awalnya gua menaksir berat paket kamera gua 1 kilogram, ternyata setelah gua timbang beratnya 2 kilogram, untung aja pembeli gua mau toleransi dan menambahkan biaya ongkirnya. Tapi perhitungan gua tersebut ternyata berbeda dengan timbangan JNE, saat ditimbang di caunter berat paket gua lebih dari 2 kilogram. Jadi harga pengirimannya masuk ke 3 kilogram. Sial, gau jadi harus nombok untuk 1 kilogram.
Selain itu, gua juga harus nombok untuk biaya asuransi sebesar Rp 10.000. Gua lupa menanyakan ke pembeli gua soal asuransi tersebut. Tapi demi keamanan bersama gua memutuskan untuk menambahnya, toh harganya juga tidak terlalu mahal.
Total biaya yang harus gua tambah sekitar Rp 61.000. Yah, gak masalahlah, namanya juga perdana, itu juga harganya masih lebih tinggi dari yang di Pasar Baru.
Terlepas dari bagaimana kamera itu terjual, kini doi sudah ada jauh di Sigli sana. Terimakasih sudah menemani gua dalam beberapa tahun dan menjadi teman untuk menghasilkan karya-karya yang menarik. Meski tidak pernah ada uang yang didapat, tapi setiap cahaya yang terekam selalu terasa menyenangkan. Semoga kesenang itu juga terjadi dengan pengguna barunya.
Post a Comment
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.