[Review] Hangout: Menertawakan Kesengsaraan

Poster Hangout
©Hangout

Apa yang bakal lo lakukan saat melihat orang tertusuk panah? Berteriak histeris dan menangis? Ya, itu adalah ekspresi yang wajar. Tapi tidak saat lo menyaksikan film Hangout. Teriakan lo, gua pastikan tak diikuti dengan air mata melainkan tawa terbahak-bahak.

Itulah yang terjadi pada seisi Studio 2 Cinema 21 Blok M Square, Jakarta, saat gua menyaksikan film karya Raditya Dika tersebut. Hangout memang jauh berbeda dari karya Radit (panggilan Raditya Dika) sebelumnya. Drama percintaan ngenes di film-film sebelumnya, gak ada sama sekali dalam film kali ini. Justru adegan thriller menegangkan yang terus disajikan dalam film berdurasi 1 jam 41 menit tersebut.

Cerita dalam film ini dimulai dari 9 public figure (Surya Saputra, Mathias Muchus, Bayu Skak, Titi Kamal, Prilly Latuconsina, Dinda Kanya Dewi, Gading Marten, Soleh Solihun, Raditya Dika) memenuhi undangan orang tak dikenal untuk datang ke sebuah pulau. Di sana mereka menginap di sebuah vila tak berpenghuni. Angan mendapatkan tawaran film, iklan, atau acara dengan bayaran tinggi dari si pengundang, sirna usai Mathias Muchus mati secara mendadak. Kegembiraan di awal kedatangan pun berubah rasa cemas dan takut pada diri mereka. Hingga satu per satu dari mereka mati dengan cara yang mengerikan.

Harus diakui efek suara dalam film kelima yang disutradarai oleh Radit ini cukup bagus. Di beberapa bagian film bahkan sukses membuat penonton bergidik takut, menjerit dan menutup mata mereka. Gua sendiri sempat lupa kalo yang gua tonton adalah film komedi dan mengira akan ada setan di tengah-tengah film.

Selain efek suara, film yang rilis tanggal 22 Desember 2016 itu pun dibubuhi dengan efek visual yang cukup menjanjikan. Ada banyak darah dari adegan pembunuhan dalam film ini. Hal ini seakan menegaskan, bahwa kalian sedang menonton film bergenre thriller. Jadi buat kalian yang fobia darah mungkin akan merasa sedikit mual dengan beberapa adegan di film ini. Tapi tenang aja, rasa mual itu akan terobati dengan scene lucu yang banyak di film ini.

Bagaimana dengan akting? Tokoh utama dalam film ini adalah Raditya Dika, lantas apa yang lo harapkan dari aktingnya? Kalau kata Surya Saputra mah, “gak ada ekspresinya”. Tetap datar seperti film-filmnya yang lain. Tapi tenang masih ada 7 tokoh lainnya. Terutama Soleh Solihun.

Soleh Solihun dalam film Hangout. ©Hangout

Salut gua sama mantan wartawan musik yang satu ini. Dari awal film dimulai sampai penutup, Soleh menjadi objek penderitaan. Dipukulin ibu-ibu, digampar, dipanah hingga ditembak semuanya ia rasakan. Meski begitu, bukan kasihan, derita Soleh justru membuat tawa penonton pecah. Karena itu, gua menilai dialah tokoh utama di film ini dan Radit adalah pemeran pembantu utamanya.

Tokoh lainnya berperan biasa saja. Yang paling berbekas selain Soleh, adalah Dinda Kanya Dewi dan Surya Saputra. Dinda sukses membuat gua yang terpesona akan kecantikannya menjadi jijik karena sikapnya di film ini: Jorok-sejorok-joroknya-jorok. Lalu Surya, ah orang bertubuh paling besar ini benar-benar menjadi lawan dari Dinda: manis, kelewat bersih dan narsis. Tapi cowo yang “manis” terkadang lebih menakutkan dari cowo berdandan sangar. Itulah yang terjadi pada Surya saat ia menghukum teman-temannya. Di sini perannya bahkan membuat kita menghakimi bahwa dia adalah pembunuhnya.

Secara keseluruhan, film ini cukup bagus. Mampuh menghadirkan ketegangan ala film thriller. Juga mampuh membuat penonton tertawa terbahak-bahak sebagai syarat film komedi. Satu-satunya yang kurang dalam film ini adalah akhir ceritanya. Radit membuat akhir yang begitu mendidik, seakan ingin meminta maaf ke pononton untuk semua adegan pembunuhan dalam film ini. Tapi justru, hal itu membuat gua merasa drop dan berpikir harusnya adegan itu ga ada. Film mestinya selesai saat pembunuh dan alasan si pembunuh diketahui. Semuanya berakhir di pulau tersebut. Ya, cukup sampai di situ.

Jika diberi nilai antara 1 sampai 10, maka gua akan kasih nilai 7 buat film ini. Gak rugilah bayar 30.000 rupiah untuk nonton film Hangout.

Oh iya, saran gua buat yang ingin nonton, jangan tutup mata kalian hanya karena suara yang mencekam atau darah yang muncrat. Bisa jadi kalian tertipu dan melewatkan adegan konyol dari para tokoh film ini. Karena sengsara dalam film ini hadir untuk ditertawakan.



Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post