Menilai 3 Rekrutan Anyar Arema di Laga Debut


Arema mengakhiri perburuan pemain asing mereka di bursa paruh musim Torabika Soccer Championship (TSC) 2016. Kepastian ini didapat setelah manajemen tim berjuluk Singo Edan tersebut memperkanalkan Nicholas Kalmer sebagai rekrutan mereka untuk mengarungi sisa pertandingan musim ini.

Sebelum Kalmer, manajemen sudah lebih dulu mengenalkan Oktovianus Maniani dan Marcio Teruel untuk melengkapi skuat asuhan Milomir Seslija tersebut. Okto didatangkan untuk mengisi posisi penyerang sayap yang ditinggal oleh Antoni Putro Nugroho. Sedangkan Teruel didapuk sebagai gelandang mengganti peran Srdan Lopicic yang tidak bisa meneruskan kompetisi karena cidera tulang siku.

Ketiga pemain itu sudah menjalani debut mereka. Okto dan Teruel bahkan sudah bermain sejak pekan ke-18 TSC 2016. Sedangkan Kalmer menjalankan debutnya bersama Arema pada pekan ke-20 saat tim tandang ke markas Bhayangkara FC.

Lalu bagaimana aksi mereka bersama klub kebanggaan Aremania tersebut? Berikut penilaian gua buat ketiga pemain anyar itu dari laga debut mereka:

Oktovianus Maniani

Okto dilepas oleh Persiba Balikpapan menjelang putaran kedua dengan alasan ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kota asalnya, Jayapura. Namun tawaran manajemen Arema membuat ia mengurungkan niatnya untuk menjadi aparatur negara. Ia memilih bergabung dengan skuat Singo Edan.

Pemain berdarah Papua tersebut diperkenalkan ke publik pada Rabu, 31 Agustus 2016. Ia menjalankan debutnya dalam laga kandang melawan pemuncak klasemen sementara, Madura United pada pekan ke-18. Saat itu Arema berhasil menang 2-1 dan Okto menjadi salah satu kreator dalam gol penentu kemenangan tersebut. Ia memberikan backpass kepada Cristian Gonzales yang saat itu tak terkawal. Dengan sedikit kontrol, el loco (julukan Gonzales) melakukan tembakan keras ke gawang Madura dan gol pun terjadi.

Debut Okto
Oktovianus Maniani (dua kanan) saat pertandingan debut bersama Arema. Foto: Wearemania.net

Terlepas dari asisnya yang berbuah gol, secara personal permainan Okto tidak berkesan baik. Kelincahan dan kecepatannya tak diimbangi dengan kontrol dribel yang baik. Ia kerap kehilangan bola karena salah dribel ataupun salah oper. Dari situs Indonesiansc.com, pemain bernomor punggung 28 itu hanya mencatat 28% sukses dribel dan 64% untuk akurasi operan. Persentase yang kecil mengingat posisinya sebagai penyerang sayap yang diharap mampuh menusuk pertahanan lawan lewat sisi lapangan. Lebih sedih lagi melihat data akurasi umpan silangnya yang hanya 6%.

Jika dibandingakan dengan Antoni --yang kini memperkuat Bhayangkara FC-- permainan Okto tidak lebih baik. Pun begitu jika memandingkan dengan Sunarto ataupun Arif Suyono yang memiliki posisi sama dengannya. Kedatangannya pun seperti hanya aji mumpung tanpa mempertimbangkan kemampuan. Terlihat dari catatan waktu bermainnya. Meski mengisi starting eleven dalam 3 pertandingan Arema, pemain yang sudah melakukan 29 pelanggaran dan mengoleksi 6 kartu kuning itu tidak pernah bermain hingga pertandingan selesai. Dalam pertandingan melawan Madura ia ditarik pada menit 90, lalu saat menghadapi Persiba Balikpapan ia digantikan Fery Aman Saragih pada menit 63, dan terakhir ia digantikan oleh Junda Irawan pada menit 86 saat Arema mengalahkan Bhayangkara FC.

"Begitu kehilangan si Antoni, kami segera mencari pengganti, dan akhirnya kami dapatkan Okto yang mundur dari Persiba," ujar General Manager Arema, Ruddy Widodo seperti dilansir wearemania.net.

Yah, kita mesti maklum dengan hal itu karena Arema memang tak punya banyak pemain di posisi sayap setelah ditinggal Antoni. Dendi Santoso masih bergelut dengan cederanya; Arif Suyono rentan cidera kambuhan; sedangkan Sunarto permaiannya lebih baik saat menjadi supersub. Terlepas dari permainannya, kehadiran Okto di tim Arema bisa menjadi jawaban dari keingan pendiri Arema Almarhum Acub Zainal, agar Singo Edan selalu memiliki pemain berdarah Papua.

Dalam rentang 1-10, menurut gua, 6 adalah nilai yang tepat bagi pemain berusia 26 tahun itu.

Marcio Teruel

Didatangkan dari Brazil, Marcio Teruel justru telat untuk diperkenalkan ke publik. Ia lebih dulu bermain melawan Madura United (MU), Jumat (2 September 2016). Lima hari setelah itu manajemen Arema baru memberitahu publik sekaligus memastikan kehadirannya menggantikan Srdan Lopicic.

"Jumat (sebelum pertandingan lawan MU) kemarin sebenarnya kami ingin perkenalkan Marcio, namun hari itu waktunya mepet, kami pun fokus pengesahan si pemain oleh PT GTS agar bisa dimainkan," ujar Ruddy seperti dikutip dari wearemania.net.

Debut Marcio Teruel
Marcio Teruel saat menjalani debut di Arema. Foto: PT GTS

Teruel yang baru berlatih sehari bersama Arema usai menempuh perjalanan 30 jam dari Brasil, dimainkan sebagai gelandang bertahan dalam laga debutnya. Di posisi tersebut ia terlihat tak menarik. Permainannya baru menjadi perhatian saat posisinya di geser ke depan untuk membantu penyerangan. Pemain bernomor punggung 20 ini memiliki umpan yang akurat. Di situs Indonesiansc.com akurasi operannya tercatat 69%, sedang akurasi umpan silangnya tercatat 33%. Bukan nilai yang “wah” tapi masih lebih baik dari rekan debutnya, Okto.

"Saya seorang pemain tengah, sekarang dapat tugas menjadi playmaker, membagi bola dengan area tertentu, saya akan menyesuaikan diri, tentu ini menarik karena saya memang senang bermain di posisi tengah," ujar Teruel seperti dilansir wearemania.net.

Kemampuannya dalam mengumpan juga membuat pemain berusia 30 tahun itu dipercaya sebagai eksekutor bola mati bagi Singo Edan. Hasilnya tak mengecewakan. Satu umpannya berbuah gol bagi Arema. Meski bola sepakannya yang melambung ke depan gawang Madura ditepis oleh Heri Pras, namun bola memantul ke Hamka Hamzah. Dari Hamka kemudian bola dioper ke Alfarizi dan gol pun terjadi lewat sundulan rendah pemain bernomor punggung 87 tersebut.

Mengenal sepakbola Indonesia dari Thiago Furtuoso (pemain Bhayangkara FC), Teruel belum tergantikan di posisi tengah. dari tiga pertandingan yang sudah dijalani, pemain berusia 30 tahun itu selalu bermain penuh 90 menit untuk Singo Edan. Kehadirannya sebagai playmaker menjadi angin segar bagi Aremania untuk melihat tim kebanggaannya kembali ke puncak klasemen.

Dalam rentang 1-10, nilai 7 gua berikan untuk pemain yang pernah memperkuat CD FAS itu.

Nicholas Kalmar

Nicholas Anrew Kalmar pemain berpaspor Australia ini menjadi pelengkap slot pemain asing Arema. Kalmar menggantikan Gustavo Giron yang juga berpaspor negeri kangguru. Giron dicoret oleh manajemen lantaran dinilai minim kontribusi untuk Arema. Meski menggantikan Giron, posisi main mereka berdua berbeda. Giron berposisi striker sedangkan Kalmar adalah gelandang bertahan.

Manajemen Arema memperkenalkan Nick Kalmar ke publik di Kantor Arema, Kamis (15 September 2016) tepat sehari sebelum bursa transfer pemain asing ditutup (untuk pemain lokal bursa transfer ditutup pada akhir September). Ia menjalankan debutnya saat tim tandang ke Sidoarjo untuk melawan Bhayangkara FC (BFC). Hasilnya terbilang manis. Seperti dua debutan sebelumnya, meski bukan pencetak gol ia memiliki peran dalam terjadinya gol tunggal kemenangan Arema dalam laga tersebut. Umpan terobosannya ke Gonzales diselesaikan dengan sepakan mengarah ke gawang yang tak mampuh diantisipasi oleh kiper BFC.

Debut Kalmar
Nich Kalmar saat menjalani debut bersama Arema. Foto: Wearemania

Dalam pertandingan debutnya, pemain dengan nomor 32 itu masih terlihat lambat untuk melakukan pressing ke pemain lawan. Namun kita bisa memberi kepercayaan padanya karena dalam data di situs Indonesiansc.com persentase akurasi operan Kalmar mencapai 85% dan ia melakun sukses tekel sebesar 67%.

"Dia (Kalmer) main bagus. Hanya ada masalah dengan adaptasi fisik karena baru datang dari Australia. Dia bukan tukang sulap yang bisa langsung main 100 persen. Tapi, saya memakluminya karena baru empat hari latihan dengan Arema," ujar Pelatih Arema Milomir Seslija seperti dikutip dari bola.com.

Adaptasi cuaca dan atmosfer sepakbola Indonesia memang dibutuhkan oleh mantan pemain Osotspa Thailand itu. Maklum, seperti Teruel, ini adalah kali pertama ia bermain di Indonesia. Tapi kita berharap ia tak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri karena kompetisi tinggal setengah putaran dan ia hanya dikontrak 4 bulan.

"Tidak masalah meski hanya dikontrak jangka pendek, ini malah menjadi tantangan bagi saya, dalam waktu yang pendek ini saya harus menunjukkan kemampuan terbaik yang saya miliki, 100 persen untuk Arema," ungkap Kalmar saat diperkenalkan oleh manajemen seperti dilansir wearemania.net.

Dalam rentang 1-10, gua memberi nilai 7 untuk aksi Kalmar dalam laga debutnya.

Kesimpulan

Tak bisa dipungkiri ketiga rekrutan anyar Arema membutuhkan adaptasi. Pamain asing yang mereka datangkan adalah pemain yang baru merasakan sepakbola Indonesia. Sedangkan satu pemain lokalnya meski sudah bermain setengah musim di Persiba, skill individunya masih harus dibenahi. Namun, melihat peran ketiganya dalam gol yang diciptakan ke gawang lawan, melahirkan rasa optimis untuk mengembalikan performa Singo Edan yang menurun di akhir putaran pertama.

Semoga jeda dua pekan TSC bisa dimanfaatkan tim pelatih Singo Edan untuk menciptakan chemistry antar pemain. Apalagi ada kabar manajemen masih akan menambah satu pemain lokal di posisi sayap sebagai pengganti Ahmad Bustomi yang dipinjamkan ke MU. Meski pemain itu hanya pelapis tapi bukan tidak mungkin pemain tersebut bisa masuk dalam starting eleven, mengingat seringnya pemain Arema terkena cedera ataupun akumulasi kartu.

Jadi mari kita tunggu permainan skuad Singo Edan di pekan ke-21 saat Arema menjamu Mitra Kukar pada Jumat (30 September 2016).

Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post