Cerita Buka Puasa Bareng Kaphac 32


Hujan baru saja berhenti saat gua membuka mata dari tidur malam yang sempat diusik sahur. Sebuah senyum tersungging pada siang itu. Karena tahu langit tak lagi teteskan airnya, meskipun awan hitam masih genit menutupinya.

Gua memang berharap hujan yang dari malam mengguyur Jakarta agar siang atau setidaknya sore kemarin sudah berhenti. Karena hari itu (Sabtu, 18 Juni 2016) bertepatan dengan acara buka bersama (bukber) Kaphac 32. Jujur aja gua sedikit malas bila harus menerobos hujan dari Priok ke Kampus Tercinta di Lenteng Agung: basah-basahan ditambah macet dan perut laper puasa. Ah, rasanya mending tarik selimut dan lanjut tidur sampai bedug Maghrib.

Tapi untungnya doa gua (yang mungkin juga doa teman-teman lainnya) dikabul. Hujan berhenti, dan gua kembali bersemangat untuk melintasi jalan panjang menuju Lenteng.

Yooot... ayo berangkat dan berkumpul bersama lagi! Tunggu gua teman-teman.

Pukul setengah 4 gua memacu motor gua. Meninggalkan rumah menuju Kampus Tercinta. Menyusuri jalanan yang sejak 2010 menjadi akrab sama gua. Sekitar satu jam perjalanan, gua akhirnya tiba di tujuan. Gak beda jauh sama waktu tempuh ketika gua kuliah dulu.

Sesampainya di tujuan, gua gak langsung mendatangi tempat acara. Karena gua yakin di sana masih sepi. Jadi gua memilih untuk melipir ke sekret Kaphac di Ruang IV-7, persis berada di sebelah ruang acara. Di sana gua bertemu dengan Tias, Joni, Nida, Jancuk (nama aslinya Alfian, tapi dia lebih seneng dipanggil Jancuk, jadi jangan diartikan sebagai kata umpatan ala Jawa Timur-an), dan anggota lainnya yang sibuk hilir-mudik menyiapkan acara bukber.

Bukber kali ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan yang sudah-sudah. Ajang silaturrahmi para anggota sekaligus syukuran anggota termuda. Yap, angkatan 19. Mereka adalah yang kemarin memerkan karyanya dalam pameran foto Elora. Kini telah resmi menjadi anggota Kaphac usai Hunting Akbar pada 4-6 Juni 2016 di Vila Basopi, Cilember, Bogor, Jawa Barat.

Mendekati maghrib satu per satu anggota mulai berdatangan dan memenuhi ruang acara. Dari angkatan gua selain Joni dan Tias, juga hadir: Anggun, Rara serta yang datang paling belakang, Cahyo. Yah, hari ini kami hanya berenam, tapi tetap tak mengurangi rasa senang gua bertemu mereka lagi.

Hingga akhirnya saat berbuka pun datang. Beberapa gorengan, lontong dan es buah memenuhi kerongkongan kami yang kering karena puasa. Ada pula yang memilih hidangan utama berupa sphageti sebagai obat lapar perut mereka. Mulut yang tak berhenti mengunyah, makanan dan minuman yang sibuk berpindah tangan, diselingi obrolan ringan tentang kabar dari mereka yang lama tak berjumpa. Begitulah kira-kira pemandangan di ruang IV-6 yang menjadi tempat acara bukber kali ini.

Obrolan bersama baru terjadi usai Salat Maghrib. Entah siapa yang memulai, duduk kami yang sebelumnya terpencar, kini menjadi sebuah lingkaran besar. Pembicaraan diawali dengan perkenalan personil angkatan 19. Mereka berjumlah enam orang: Melati, Ajeng, Edi, Agung, Ijat, Gema. Sayangnya dua nama terakhir berhalangan hadir. Jadilah hanya empat yang memperkenalkan diri. Lalu dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai keseruan saat Hunting Akbar hingga apa yang akan mereka lakukan nanti di Kaphac. Semakin lama obrolan menjadi sedikit serius. Kali ini membahas soal pengurus. Lebih tepatnya soal harta alias keuangan.

Lagi-lagi gua gak tau siapa yang mulai buka omongan. Tapi dalam lingkaran itu sudah mendiskusikan uang kas untuk menyokong kegiatan Kaphac. Usulan menghidupkan kembali uang kas itu disepakati bersama. Hanya nominalnya saja yang dicari sekira pas untuk kantong anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Fotografi tersebut. Hingga akhirnya diputuskan uang kas sebesar 20.000 Rupiah per bulan untuk anggota yang sudah lulus. Sedangkan untuk yang masih di kampus dan menjadi pengurus dikenakan sebesar 5.000 Rupiah. Jumlah ini diwajibkan bagi seluruh anggota Kaphac, jika ada yang memberi lebih akan dimasukan sebagai uang "donatur".

Sebagai bentuk pertanggung jawaban, pengurus akan membuat rekening dan memberikan laporan keuangan di tiap bulannya. Pembuatan rekening bank juga untuk memudahkan bagi anggota yang telah lulus ingin membayar uang kas. Dengan begitu pintu masuk keuangan Kaphac tidak tercampur dengan yang pribadi. Juga memudahkan bendahara untuk menghitung cash flow.

Kesepakatan itu, menjadi obrolan terakhir. Menjelang bubar, bendahara sibuk menghitung uang kas yang disetorkan anggota yang datang malam itu. Sementara kardus Susutante (sumbangan sukarela tanpa paksaan) yang berkeliling, kehilangan pamor.

Kini UKM yang November nanti genap berusia 20 itu, tak perlu khawatir lagi akan keuangan dalam membuat kegiatan selanjutnya. Dengan bagitu karya-karya baru bisa lahir dari sekret kecil Kaphac yang penuh dengan orang-orang beride besar. Semoga...

Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post