Stiker City Scene. (foto: Fachrul Irwinsyah) |
City Scene, begitulah judul pajang karya kami kali ini. Berbeda dengan Diversitas (pajang karya pertama) yang setiap fotografer bebas memberikan karyanya dan benang merahnya didapat setelah foto terkumpul. Di City Scene kami lebih dulu menentukan tema utamanya yaitu perkotaan. Mencoba meniru ide foto urban vertical. Tapi dengan cara dan gaya kami sendiri.
Ide ini muncul setelah tema pertama tentang hari-hari peringatan di Bulan April gagal terealisasi. Minimnya jumlah foto dan kesamaan objek foto membuat tema bulan April mentah. Setelah dua minggu tanpa kepastian, akhirnya kami putuskan untuk kembali merancang pajang karya dengan tema perkotaan. Abay dipilih menjadi penanggung jawabnya menggantikan Ika. Kuota fotonya pun dipangkas dari 25 foto menjadi 20 foto. Waktu acaranya dipilih minggu terakhir sebelum UAS. Jadi kami masih punya waktu sekitar 3 minggu untuk hunting. Dan acara ini akan menjadi penutup semester ini.
Tunda lagi dan tambah 1 foto
Bila menyesuaikan rencana pertama seharusnya hari senin foto-foto kami sudah dipajang dan sabtu menjadi hari terakkhir kurasi. Tapi yang terjadi adalah keterlambatan. Hingga hari senin kami mendapatkan kabar bahwa foto yang telah lolos kurasi baru mencapai 6 buah. Itu berarti masih kurang 14 foto. Sore itu juga kami mengadakan rapat dan menentukan langkah selanjutnya. Ada opsi untuk memajangnya pas UAS, tapi opsi ini dimentahin. Opsi kedua adalah memajangnya pada hari rabu dengan catatan kami akan konfirmasi ulang ke kurator apakah foto yang udah lolos hanya 6 foto? Maklum beberapa hari yang lalu sempat terjadi miskomunikasi antara kami dan kurator.
Tengah malam kami datang ke rumah kurator kami. Dari sana kami tahu ternyata 6 foto yang lolos kurasi adalah foto yang distor pertama kali dan belum ditambahkan dengan yang baru. Malam itu juga foto-foto baru akhirnya dikurasi. Menjelang subuh proses kurasi pun selesai. Terpilih 19 foto dengan catatan 2 foto harus diambil ulang karena faktor teknis. Sisa kuota masih menunggu karya Sapi dan Senyor yang masih motret.
Selasa menjadi hari yang sibuk bagi kami. Proses editing berlangsung dari siang hingga sore. Sekaligus menunggu foto dari Sapi dan Senyor. Waktu semakin mendesak ketika kurator kami harus pergi untuk satu keperluan. Sedangkan foto belum kelar diedit seluruhnya. Kuota pun bertambah 1 setelah foto Senyor lolos kurasi. Kondisi tersebut semakin parah ketika percetakan foto akan tutup pada pukul 9 malam, sedangkan hingga pukul 7 kami belum juga selesai. Itu berarti batas kami hanya tinggal satu jam lagi.
Ah... Akhirnya kami rasakan kembali rasanya ribet.
Foto yang telah diframe dan siap untuk dipajang. (foto: Fachrul Irwinsyah) |
City Scene adalah jawaban dari setiap tanya tentang kami. Meskipun hanya berskala kecil tapi ini menjadi bukti kami masih terus berkarya. Buat gua pribadi, sebuah karya yang bagus gak dilihat dari tempat pamerannya, bagaimana bingkai fotonya, dan berapa besar ukuran fotonya. Tapi sebuah karya yang bagus itu dilihat dari pesan yang terkandung di dalamnya.
Dari kegagalan pertama kita belajar untuk lebih serius menjalaninya dan percaya apa yang kita kerjakan pasti akan berhasil.
Post a Comment
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.