Semester Berat Itu Berakhir

Fachrul Irwinsyah
Ilustrasi. Kartu Program Studi Mahasiswa untuk semester 7. (foto: Fachrul)
Semester tujuh pernah gua julukin sebagai “Semester Berat” pada awal perkuliahan. Bukan karena di semester itu gua mengambil skripsi, ya tentu bukan. Karena gua bukan mahasiswa jenius yang nyelesain kuliah 3 setengah tahun. Lalu kenapa? Alasannya adalah karena di semester tujuh yang dimulai pada 9 September 2013 itu, gua menghadapi beberapa trouble dan disibukan oleh beberapa kegiatan penting.

Sekitar sebulan sebelum semester berat itu dimulai, gua mendapat kabar buruk dari laptop gua (sebenarnya ini laptop ponakan gua yang gua tukar dengan PS milik gua). Laptop gua terjangkit korosi parah yang membuatnya harus terlelap hingga beberapa bulan kedepan. Keadaan ini semakain dipersulit dengan tugas gua sebagai penanggung jawab publikasi pameran K-32.

Sebagai publikasi pameran gua punya tanggung jawab untuk mengedit foto pameran dan membuat media publikasi untuk pameran tersebut. Memang editan foto pameran bisa gua selesaikan dalam 1-3 hari karena jumlahnya yang gak banyak. Tapi ada satu lagi editan foto yang memakan waktu 2 minggu. Itu adalah foto wisuda.

Foto wisuda yang berlangsung pada 6 Oktober 2013 harus naik cetak di akhir bulan. Itu pun sudah diundur seminggu karena pameran. Selesai foto wisuda gua masih punya kerjaan yang sama sekali belum gua kerjakan padahal sudah harus di presentasikan kurang dari 2 minggu lagi. Kalau foto pameran dan foto wisuda adalah tanggung jawab gua sama organisasi, maka tugas yang satu ini adalah tanggung jawab gua sama bos (baca: orangtua) di rumah. Tugas itu bernama seminar.

Gak tau kenapa, setiap kali kepikiran seminar badan gua menjadi gelisah, tidur gak nyenyak dan masih banyak ketidak nyamanan yang lainnya. Kesibukan mempersiapkan pameran ditambah dengan editan foto wisuda membuat gua keteteran di minggu-minggu terakhir untuk menyelesaikan seminar gua ini. Ditambah lagi laptop gua masih belum benar saat pertama kali gua ngerjain seminar. Praktis gua pun menggunakan laptop kawan gua untuk mengetik saat itu.

Seminar di kelas gua berbeda dengan kelas lainnya. Di kelas gua seminar diselesaikan hingga bab 5, sedangkan kelas lain cukup sampai bab 3 saja. Untungnya untuk presentasi makalah seminar hanya sampai 3 bab. Bayangkan kalau sampai 5 bab. Habislah gua!

Fachrul Irwinsyah
Menunggu untuk menurunkan partisi setelah pameran "Jejak Barat Jawa", Detos, Depok (25/10/2013).
(Foto: Fachrul)
Di tengah pengerjaan seminar gua mendapat kabar baik. Laptop gua, yang diperbaiki teman gua (pernah gua tulis di sini) sudah sadarkan diri dan bisa gua ajak bertempur lagi. Pengerjaan seminar pun jadi sedikit lebih ringan.

Presentasi seminar beres, meskipun masih menyisakan 2 bab lagi (bab 4 dan 5). Tapi itu bukanlah akhir. Masih ada satu matakuliah lagi yang bersifat analisis dan pengerjaannya gak jauh beda dengan seminar.

Analisis Wacana (AW), itulah nama mata kuliahnya. Tugas tersebut memang tugas kelompok jadi bebannya gak seberat seminar. Tapi tetap aja bikin pala gua pusing. Karena pertama makalah ini berisi 5 bab layaknya skripsi dan hanya diberi waktu 2 minggu untuk mengerjakannya. Kedua, gua mendapat jatah untuk menganalisis kasusnya. Waktu itu gua dapat metode analisis semiotika dengan model Sausure. Judul makalah gua “Makna Foto Berita Konflik di Suriah pada Harian Kompas”.

Bila di seminar gua menggunakan referensi dari skripsi orang di perpus dan makalah seminar milik Tyas. Untuk AW gua lebih banyak melihat makalah seminarnya Sapi. Itu karena kesamaan media yang digunakan dan kasus yang diambil. Makalah ini pun selesai dengan sedikit revisi dibeberapa bab-nya.

Selain AW dan seminar, ada satu mata kuliah lagi yang menyulitkan gua. Mata kuliah yang merupakan ulangan karena nilai D yang gua dapat saat mengambil pertama kali ini, selalu membuat kapala gua pusing saat mengerjakan soal-soalnya. Pengantar Statistik Sosial (PSS) begitulah namanya.

PSS yang biasanya menjadi mata kuliah paketan di semester pertama ini membuat gua harus selalu bangun pagi di hari senin. Bergelut dengan kemacetan Jakarta dan mata yang mengantuk jadi rutinitas gua setiap senin pagi. Hampir di setiap pertemuan kuliah PSS selalu ada tugas alias Pe-er yang dikumpulin minggu depan-nya. Untung aja gua punya teman yang baik hati dan tertarik dengan angka-angka yang jlimet, jadi tugas gua serasa lebih ringan. Gua juga sempat minjam catatannya untuk ujian (leher gua selalu sakit setiap selesai ujian PSS, karena harus nunduk melihat catatan selama ngerjain). Maklum catatan gua berantakan, sedangkan punya dia rapih dan lebih enak buat dilihat. Hahaha…

Waktu terus bergulir, dimulai dari kehilangan laptop, mempersiapkan pameran, menyelesaikan foto wisuda, terdesak oleh seminar, mengerjakan AW, dan memperbaiki nilai PSS semua telah gua lewatin seiring dengan bergantinya tahun 2013 ke 2014. Ya, pergantian tahun menjadi tanda berakhirnya “Semester Berat” dan puncaknya ada di tanggal 10 Februari 2014 nanti. Saat gua menerima Kertas Hasil Studi (KHS) untuk semester ini. Nilai yang terdapat di KHS “semester berat” akan menjadi penentu buat gua mengambil SKRIPSI di semester 8 nanti. Semester terakhir di tahun keempat ini, yang mungkin akan menjadi “semester berat” selanjutnya. Bahkan mungkin saja menjadi “semester yang paling berat”. Hmm.. kita lihat saja nanti. Karena saat ini yang paling penting adalah menikmati masa liburan untuk melepas beban dari “semester berat”. Jadi… Bye-bye Semester Berat.

Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post