Catatan Semusim Arema tanpa Kompetisi


Tahun 2015 menjadi tahun tanpa kompetisi dalam sepakbola Indonesia. Indonesia Super League (ISL) yang saat itu menggunakan nama QNB League berhenti dengan alasan force mejeur usai menjalankan 2 pertandingan. Hal tersebut menyusul keputusan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang membekukan PSSI pertanggal 17 April 2015. Sehari sebelum Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang dilaksanakan di Surabaya selesai. Keputusan pahit tersebut harus diterima oleh seluruh anggota PSSI, bukan hanya peserta kasta tertinggi tapi juga mereka yang bermain di liga amatir (Liga Nusantara).

Akibat keputusan tersebut beberapa tim ISL memilih membubarkan skuat mereka. Hanya sedikit yang tetap mempertahan pemainnya, salahsatunya adalah Arema. Manajemen Singo Edan (julukan Arema) memilih mempertahankan pemainnya dengan konsekuensi pemotongan gaji. Meski begitu tak semua pemain menerima keputusan tersebut, terutama pemain asing. Ablaude You Rudy dan Sangbah Kennedy menjadi pemain asing yang menghilang dari skuat Arema bersama pemain naturalisasi Victor Igbonefo yang memilih pindah ke Liga Thailand.

Mengisi kekosongan, manajemen melakukan tur ke beberapa kota. Kegiatan yang dikenal dengan istilah “ngamen” itu digunakan manajemen untuk tetap mempertahankan eksistensi dan membayar gaji pemain Arema. Pemasukannya memang tak sebesar saat kompetisi bergulir, tapi cukup untuk “menyambung nafas” pemain.

Turnamen yang diikuti Arema
 Berbagai turnemen yang diikuti Arema selama semusim tanpa kompetisi. ©www.paulpolos.blogspot.com

Selain “ngamen” Arema juga rajin mengikuti berbagai turnamen. Tercatat ada 6 turnamen yang dikuti Singo Edan selama vakumnya kompetisi, yaitu Sunrise of Java Cup, Piala Presiden, Piala Jenderal Sudirman, Bali Island Cup 2016, Piala Gubernur Kaltim dan yang terakhir Piala Bhayangkara. Hasilnya tak buruk, tim berlogo kepala singa tersebut menjadi juara di Sunrise of Java Cup, Bali Island Cup dan Piala Bhayangkara. Sisanya, Bustomi cs mampuh melangkah hingga semifinal, bahkan menjadi peringkat 3 pada Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.

Banyaknya turnamen yang diikuti oleh Arema menjadikannya tim dengan jumlah pertandingan terbanyak. Dari 6 turnamen, tim kebanggaan Aremania ini telah melakoni 35 pertandingan. Dengan catatan, semifinal Piala Gubernur Kaltim yang menggunakan sistem trofeo dihitung satu pertandingan --saat itu Arema bertemu dengan Persiba Balikpapan pada 45 menit pertama dan Madura United di 45 menit kedua--. Jumlah tersebut melebihi pertandingan Singo Edan saat kompetisi bergulir yaitu 34 pertandingan. Tak heran jika keberhasilan di Piala Bhayangkara yang menjadi turnamen terakhir Singo Edan, bak juara di akhir musim.

Menariknya, Arema hampir selalu mengubah susunan pemain asing mereka di setiap turnamen. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Ablaude You Rudy dan Sangbah Kennedy telah hengkang sejak kompetisi berhenti. Tak ada pengganti bagi mereka saat Arema mengikuti Piala Presiden. Di turnamen tersebut Singo Edan hanya menggunakan jasa Fabiano Beltrame sebagai pemain asing mereka --Arema sempat kedatangan bek asing Kristian Adelmund saat mengikuti Sunrise of Java Cup sayangnya pemain ini tak lolos seleksi dan kembalinya Fabiano membuat manajemen memilih menggunakan jasa Fabiano daripada Adelmund--. Namun, pemain yang identik dengan nomor punggung 15 itu hanya bertahan di satu turnamen.

Di Piala Jenderal Sudirman Arema tak lagi mengunakan jasa pemain asal Brasil tersebut. Posisinya digantikan oleh pemain asal Spanyol Fransisco Insa Bohigues. Pemain yang akrab disapa Kiko Insa itu datang bersama rekan senegaranya Toni Espinosa Mossi. Sisa satu slot pemain asing diisi oleh Esteban Vizcarra. Mereka bertiga menjadi kekuatan baru Arema dalam memperebutkan piala sang ahli perang gerilya, Jenderal Sudirman.

Komposisi Arema kembali berubah seiring dengan datangnya pelatih baru Milomir Seslija. Mantan Direktur Teknik Barito Putera itu mendepak Mossi dari skuatnya. Serta beberapa pemain lokal yang menurutnya tak sesuai skema bermain miliknya. Posisi Mossi diganti oleh Srdan Lopicic yang sebelumnya bermain di Pusamania Borneo FC (PBFC). Jadilah Arema diisi oleh Kiko (bek), Lopicic (tengah) dan Esteban (depan). Formasi ini digunakan Milo saat merengkuh piala di turnamen Bali Island Cup 2016.

Keberhasilan tersebut tak membuat pelatih yang lahir di Sarajevo tersebut berpuas diri. Kiko yang dinilainya memiliki sifat tempramen yang tinggi dan tak sesuai dengan keinginannya, membuat pemain berambut mohawk itu dilepas dari Arema. Kiko dipinjamkan ke Bali United, maklum manajemen telah mengontraknya selama 5 tahun.

Keputusan itu sempat menuai kontroversi di kalangan suporter Arema, Aremania. Mereka sudah terlanjur jatuh cinta dengan pemain bertato singa tersebut. Meski begitu, Milo tetap yakin dengan keputusannya. Posisi Kiko ia gantikan dengan Goran Gancev untuk Piala Gubernur Kaltim. Hasilnya Arema melaju ke semifinal turnamen tersebut. Namun, hasil itu tak menyurutkan gelombang penolakan Aremania terhadap Gancev dan menginginkan Kiko untuk kembali ke skuat Singo Edan.

Milo tak bergeming. Di turnamen terakhir yang diikuti tim asal Malang ini, Milo tetap menggunakan jasa pemain berusia 32 tahun itu. Gancez bersama Vizcarra dan Lopicic menjadi trio pemain asing Arema dalam merebut gelar juara Piala Bhayangkara. Nada sumbang di stadion untuk Milo dan Gancev pun berubah menjadi pujian dan dukungan.

Dengan begitu total ada delapan pemain asing yang telah bermain di Arema selama masa kosongnya kompetisi ini. Sepertinya jumlah itu menjadi yang terbanyak yang pernah digunakan Singo Edan dalam satu musim.

Bicara yang terbanyak, ada satu hal lagi yang perlu diingat di musim tanpa kompetisi ini, yaitu jersey. Tim yang didirikan oleh Lucky Adriana Zainal ini menjadi pemilik jersey terbanyak dalam satu musim ini. Ada empat jersey dengan model berbeda yang sempat berlebel seragam kandang Singo Edan. Mulai dari kotak biru-kuning yang dikritik keras oleh Aremania. Lalu berubah menjadi biru dongker bergaris biru muda saat mengikuti Sunrise of Java Cup di Banyuwangi. Jersey tersebut bertahan hingga pertandingan persahabatan melawan Persib Bandung pada perayaan hari jadi Arema, 11 Agustus 2015.

Jersey Home Arema musim 2015
Beragam jersey home yang dikenakan punggawa Arema selama semusi tanpa kompetisi. ©www.wearemania.net
 
Kemudian seragam perang Singo Edan kembali berubah saat Christian Gonzales cs mengikuti Piala Presiden. Dari yang semula biru dongker menjadi biru terang dengan strip merah-putih pada bagian bahu. Sayangnya jersey ini hanya bertahan satu turnamen. Specs sebagai pemasok aparel Arema kembali mengubah desain seragam kandang pamain idola Aremania tersebut.

Sejak turnamen Bali Island Cup 2016 hingga Piala Bhayangkara pemain Arema menggunakan jersey dengan warna biru pada bagian depan dan hitam di bagian lengan dan belakang. Seragam tandang tersebut menjadi yang terlama dikenakan Arema selama musim tanpa kompetisi ini.

Itulah catatan Arema sepanjang musim tanpa kompetisi yang baru saja berlalu. Kini format pertandingan layaknya kompetisi telah bergulir: Indonesia Soccer Championship yang kini bernama Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 telah menjalankan pekan pertamanya. Meski begitu, segala yang terjadi di musim kekosongan tersebut tak akan mudah untuk dilupakan.

Tinggalkan Komentar

Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.

Previous Post Next Post