Apa yang ada dipikaran kalian kalau dengar kata Surga? Jika kalian membayangkan keindahan dan semua yang menyenangkan ada di sana, maka isi kepala kalian sama dengan gua dan mungkin juga dua teman gua lainnya: Bintang dan Oci. Alasan itu juga yang membawa kami bertiga berjalan menyusuri Pulau Tidung Kecil untuk menemukan Pantai Surga.
Sejujurnya gua baru mendengar nama pantai ini. Entah karena gua yang gak pernah ke Tidung atau memang baru ada saat ini. Entahlah, yang pasti kami menjajal untuk menggapainya.
Perjalanan kami menemukan Pantai Surga dimulai dari rasa haus yang melanda tenggorokan. Maklum saat itu kami baru saja menyeberangi Jembatan Cinta dari Tidung Besar ke Tidung Kecil. Kata Oci ada warung di ujung Jembatan Cinta Pulau Tidung Kecil, namun ternyata warung itu tutup. Jadilah kami masuk ke dalam Tidung Kecil hingga akhirnya kami menemukan sebuah warung untuk mengobati dahaga kami. Bukan hanya warung, di tempat itu kami juga menemukan papan petunjuk jalan yang mengarah ke Pantai Surga.
Dilanda rasa ingin tahu dan dihantui kesempatan kecil untuk jalan-jalan sebelum tugas liputan Festival Danau Tidung, kami memutuskan untuk melihatnya.
Perjalanan kami tempuh dengan menyusuri jalan ponblok hingga kami menemukan persimpangan jalan. Jalan terbelah dua satu memiliki bermedan ponblok yang sama dengan jalan sebelumnya, sedangkan satunya lagi merupakan jalan setapak di antara semak blukar. Yang kedua ini seperti masuk hutan.
Karena di persimpangan itu tidak ada petunjuk arah ke Pantai Surga, maka kami memilih untuk menyusuri jalan ponblok. Kami berpendapat jalan ini lebih masuk akal dibanding sebelahnya. Lagipula kalau salah kita bisa kembalikan.
Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan rumput liar yang menjulang tinggi. pohon-pohon yang dihinggapi burung-burung. Momen itu seaakan membuat gua lupa kalau saat itu sedang berada di pulau. Karena jujur saja gua jadi ngerasa berada di sebuah savana atau kaki gunung gitu.
Setelah 15 menit perjalanan tidak juga menemukan pantai akhirnya kami metuskan untuk kembali ke persimpangan. Alasan lainnya karena jalan tersebut ternyata memutar kembali menuju kantin. Jadilah kami mencoba opsi dua.
Sebenarnya gua rada ragu untuk mengambil langkah menyusuri jalan setapak yang seperti hutan itu. Karena satu kita gak tahu jaraknya berapa, hari udah mulai sore, dan gua belum bikin berita untuk hari itu. Tapi karena Bintang dan Oci begitu yakin, jadilah gua hayo.
Di awal perjalanan kami menemukan sebuah pondokan. Kami berasumsi pondokan itu merupakan tempat budidaya penyu. Kami tidak mampir untuk mencari tahu yang sebenarnya karena tujuan kami adalah Pantai Surga. Lagipula tempat tersebut sepi.
Sepanjang perjalanan kami tidak berpapasan dengan orang lain. Tapi sampah sisa makanan cukup banyak berserakan di jalur perjalanan kami. Ini menandakan jalan ini memang sering dilalui masyarakat.
Dalam perjalanan yang terasa panjang itu kami selalu mencoba menghibur diri dengan berkata “udah dekat nih udah ada suara ombak”. Entah itu kalimat keberapa yang terucap yang saat itu kami belum juga sampai. Lagi pula wajar kalau kita mendengar suara ombok, karena di sisi kanan jalan setapak yang kami lalui adalah laut. Jadi suara ombak pasti kedengaran meskipun jauh.
Pemandangan di Pantai Surga
Setalah menempuh perjalanan sekitar 15 menit akhirnya kami tiba di ujung Pulau Tidung Kecil. Di sana terdapat sebuah pantai, Pantai Surga. Pantai ini begitu sepi. Pasirnya putih bersih pun begitu dengan air lautnya yang jernih. Namun sayang di beberapa sudut terdapat sampah yang entah sisa dari orang yang berkunjung ke sana atau terbawa ombak.
Berteduh di bawah pohon di Pantai Surga.
Di pantai itu juga terdapat bangku panjang yang bisa digunakan untuk ngadem. Di sanalah kami duduk untuk bersantai menikmati hasil dari perjalanan panjang kami. Menikmati teduh pohon melepas lelah. Merasakan semilir angin yang mengeringkan keringat kami. Sambil memandang laut yang begitu luas kami berbincang tentang perjalanan yang baru saja kami tempuh hingga soal lainnya.
Pemandangan di Pantai Surga.
Setelah puas menikmati hasil dari rasa ingin tahu, akhirnya kami bergegas untuk kembali. Sekitar pukul 16.10 WIB kami mulai perjalanan kembali ke Pulau Tidung Besar. Menyusuri jalan yang sama perjalanan pulang terasa lebih cepat.
Patahan terumbu karang yang ada di tepi pantai.
Sebagai informasi pondokan yang kami temui di awal perjalanan ternyata bukanlah tempat budidaya penyu melainkan makam Panglima Hitam. Hal ini kami ketahui usai melihat peta Pulau Tidung Kecil. Menariknya di peta itu tidak ada nama Pantai Surga.
Entah benar atau tidak pantai yang kami tamui bernama Pantai Surga, yang jelas kami menikmati perjalanannya. Kami menikmati suguhan indah dari pantai tersebut. Kalau pun pantai ini tidak bernama, maka biar saja kami tetap menyebutnya Pantai Surga.
Foto bertiga.
إرسال تعليق
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.