Di blog ini gua pernah nulis soal kepindahan. Saat itu gua bercerita tentang pilihan gua untuk memindahkan tulisan-tulisan gua dari server gratis blogspot.com ke server berbayar dengan alamat paulpolos.com. Keputusan itu gua ambil agar gua memiliki motivasi lebih untuk menulis.
Namun, hal itu gak bertahan lama. Web gua dibobol orang. Semua artikel di dalamnya hilang dicuri. Gua pun memutuskan untuk kembali ke blogspot.com.
Kali ini gua akan kembali menulis tentang kepindahan. Tentu, bukan lagi soal blog, narasi kali ini seperti pada judul, ini tentang karir.
Yah, gua akan berpindah tempat kerja. Keputusan ini dibuat setelah gua mendapat kepastian diterima di Kumparan.com pada pertengahan Oktober ini. Jenuh dan jenjang karir yang tidak jelas memantapkan perasaan gua untuk hijrah.
Gua merasa jenuh dengan pekerjaan yang gua lakoni sejak Januari 2015 ini. Pekerjaan gua sebagai periset foto di Koran Sindo melahirkan kejenuhan sangat teramat. Di gedung 8 lantai itu, tiap hari (kecuali Sabtu) gua selalu menerima foto dari fotografer. Kemudian gua memasukan caption ke setiap foto tersebut untuk selanjutnya dimasukan ke dalam sistem dokumentasi. Sesekali gua “menyelam” dalam sistem tersebut untuk menemukan foto ilustrasi, profil atau peristiwa lampau yang akan digunakan dalam koran edisi esok hari.
Bagi gua pekerjaan itu tidak memberi ruang untuk berekspresi. Kadang gua merasa iri sama teman-teman redaktur yang ada di sekitar gua. Tiap hari mereka selalu disibukkan untuk mengkurasi karya mereka. Yah, karya mereka. Kadang gua juga iri sama teman-teman gua yang selalu bercerita tentang hari penuh liputan yang melelahkan. Iri dengan tulisan-tulisan mereka yang bisa dibaca, dilihat dan dinikmati banyak orang. Gua iri ama karya mereka.
Pekerjaan sebagai periset foto bukanlah pekerjaan mudah. Yah, gua paham. Media yang besar akan selalu membutuhkan orang di posisi ini. Tapi di mata gua pekerjaan ini tidak memiliki jenjang karir yang jelas. Gua gak tahu bagaimana di media lain, tapi yang pasti di tempat gua itulah yang gua lihat. Karena sepengetahuan gua, di tempat gua gak ada redaktur foto yang awalnya periset foto. Pun begitu dengan redaktur tulis. Mereka semua punya karya. Bagaimana dengan gua? tanpa sebuah karya, gua rasa, gua akan seumur hidup menjadi periset foto.
Hal itu sudah terpikirkan sejak 2016. Setahun setelah gua bekerja di Sindo, gua mulai kembali merapihkan CV dan mencari lowongan kerja sebagai jurnalis. Gua memutuskan untuk kembali ke lapangan. Karena menurut gua di sinilah tempat paling enak untuk berkarya, mencari pengalaman dan kenalan.
Karena alasan itu juga gua menghidupkan blog ini. Menulis di sini. Semua semata agar gua tidak kehilangan sentuhan dalam menulis. Karena akan butuh waktu yang lama untuk kembali, jika gua berhenti menulis. Masih menulis aja, gua sering kesulitan merangkai paragraf, apalagi kalau berhenti.
Sekitar satu setengah tahun gua menunggu, hingga mendapat tawaran di Kumparan. Apa iya gua akan melewatkan ini?
Gua tahu ini media baru. Baru sekitar satu tahun mereka berdiri. Gua juga dengar soal tuntutan kerja di media ini. Gua juga paham perusahaan baru masih “bakar uang”. Tapi melihat orang-orang di belakang media ini, gua rasa, gak ada salahnya mendapatkan pengalaman pertama sebagai wartawan profesional dari media ini.
Soal tekanan kerja; soal tahun mereka untuk balik modal; soal seberapa lama mereka bertahan; nanti saja dipikirkan! Lagi pula gua datang untuk mendapatkan pengalaman di lapangan. Gua datang untuk bisa memiliki karya.
Semoga kita berjodoh!
Sekali lagi, kepindahaan gua murni karena karir. Karena secara personal tempat itu memiliki klise yang bagus untuk disimpan dalam album dan masuk dalam sistem dokumentasi otak gua. Biarkan selanjutnya kita bertemu di lapangan dalam perjalanan menciptakan karya.
Sampai jumpa, teman!
إرسال تعليق
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.