Stadion Gajayana bukanlah tempat yang baru bagi Arema
ataupun Aremania, terutama bagi mereka yang lawas. Maklum stadion yang terletak
di Kota Malang itu menjadi saksi kelahiran tim berlogo kepala singa tersebut.
Sejak 1987 hingga 2004, Gajayana menjadi markas Singo Edan dalam menjamu lawan
mereka mulai dari klub lokal hingga internasional. Di stadion itu pula Arema
merayakan gelar juara pertama mereka di Galatama musim 1992/1993. Selain itu,
di stadion tersebut Arema pernah menggelar laga Perempat Final AFC Cup 2012.
Tidak hanya kebahagiaan, Gajayana
juga saksi kesedihan. Salah satu yang paling menyedihkan dan belum terobati
adalah kasus dualisme. Stadion ini menjadi bagian dalam dualisme yang terjadi
di PT Arema Indonesia dan menghasilkan dua klub Arema: Arema ISL dan Arema IPL.
Laga Arema yang bermain di Indonesia Premier League (IPL) digelar di Gajayana,
sedangkan pertandingan Arema di Indonesia Super League (ISL) digelar di Stadion
Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Seiring dengan bubarnya kompetisi
IPL pada 2013 lalu dan proses unifikasi liga (penyatuan IPL dan ISL) Gajayana
kembali ditinggalkan. Saat itu PSSI memutuskan Arema yang berlaga di ISL untuk
melanjutkan kompetisi musim 2014, sedangkan yang bermain di IPL harus vakum karena kehilangan kompetisi. Manajemen
Arema pun tetap memilih Stadion Kanjuruhan sebagai kandang mereka, dan Gajayana
hanya menjadi tempat latihan atau pertandingan ujicoba Singo Edan.
Stadion Kanjuruhan di Kab. Malang. (Foto: Fachrul Irwinsyah)
Kanjuruhan bukan tanpa cerita. Kebahagian
dan kesedihan juga pernah dialami oleh Arema dan Aremania di Stadion
berkapasitas 40.000 orang tersebut. Di sana Arema harus merasakan didukung
Aremania tanpa atribut selama dua musim, terdegradasi ke Divisi Utama, menyabet
dua gelar Copa Dji Sam Soe, merayakan gelar juara ISL 2009/2010, dan Runner Up
Piala Indonesia. Selain itu, di stadion yang digunakan sejak Arema dikelola
oleh Bentoel (2004) tersebut rekor penonton terbanyak pernah dipecahkan Arema.
Bahkan Arema pernah maraup pendapatan sebesar 1,2 milyar rupiah dari penjualan
tiket dalam satu laga.
Sekian tahun bermain di
Kanjuruhan, Singo Edan akhirnya kembali ke Gajayana. Kepulangan Arema ke
Gajayana diiringi rasa gundah karena sepinya animo Aremania di Kanjuruhan.
Terutama dalam laga yang digelar pada Jumat malam. Waktu selesai yang terlalu
malam, hari yang masih masuk dalam waktu kerja, jarak yang jauh dan tayangan
live pertandingan di televisi menjadi alasan Aremania untuk tidak datang ke
Kanjuruhan. Alhasil stadion berkapasitas 40.000 orang itu pun terlihat kosong.
Hal itu membuat manajemen
memutuskan untuk menggelar pertandingan di Gajayana. Berbagai persiapan
dilakukan manajemen Arema dan akhirnya satu laga nostalgia berhasil digelar di
stadion legendaris Arema tersebut. Tepatnya saat Singo Edan menjamu Mitra Kukar
pada pekan ke-21 Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Jumat (30 September
2016).
Stadion Gajayana di Kota Malang. (Foto: Ongisnade.co.id via Halomalang.com)
Keputusan kembali ke Gajayana
berbuah manis bagi manajemen. Tribun Gajayana penuh sesak. Tak ada celah kosong
di setiap sudutnya. Aremania terdengar begitu riuh semangati punggawa Singo
Edan yang sedang berjuang di lapangan. Walau pertandingan berakhir tanpa gol, malam
itu suporter yang identik dengan warna biru tersebut sukses menghidupkan
kembali Gajayana yang telah lama mati suri.
Meski pertandingan tidak bertajuk derby, tapi nyatanya mampuh menarik
banyak Aremania untuk datang ke salah satu stadion tertua di Indonesia tersebut.
Dari situs Indonesiansc.com, tercatat 21. 653 orang memenuhi tribun stadion
yang bersebelahan dengan mal tersebut. Jumlah ini tertinggi dalam laga Jumat
malam Arema di TSC 2016. Bahkan menjadi terbanyak ketiga dari seluruh laga
Arema yang dimainkan di Kanjuruhan selama TSC 2016 hingga pekan ke-21. Hanya
kalah dari laga kandang melawan Bhayangkara FC pada pekan ketiga yang ditonton
oleh 29.650 orang dan saat Arema menjamu Persija Jakarta pada pekan ketujuh
dengan jumlah penonton 23.764 orang.
“Target awal kita, bisa dihadiri
15-18 ribu suporter. Ini kita anggap bagus. Kita coba dalam sekali pertandingan
lawan Mitra Kukar,” ungkap General Manager Arema, Rudy Widodo seperti dikutip bola.net.
Manajemen Arema bisa berbahagia
karena mereka berhasil mengembalikan keramaian dalam pertandingan Arema. Maklum,
keriuahan di atas 21.000 penonton terakhir mereka rasakan saat mengalahkan
Persija 1-0. Setelah itu rataan penonton di stadion hanya sekira 7.300 orang.
Fakta tersebut membuat manajemen
mempertimbangkan untuk kembali menggelar laga home mereka di stadion Gajayana,
khususnya untuk laga non-bigmatch yang
digelar pada Jumat atau selain Sabtu dan Minggu. Kabar terdekat, Arema akan
menggelar laga kandang melawan PSM Makassar pada pekan ke-24 TSC 2016. Jika
nostalgia bertajuk #GajayanaHeroik di laga melawan Mitra Kukar menjadi bagian
yang meramaikan Gajayana, ada kemungkinan keramaian Gajayana selanjutnya akan
dipersembahkan oleh #RinduTrebor. Wajar saja karena pelatih asal Belanda yang
kini bekerja untuk PSM tersebut punya kenangan manis bersama Aremania: Sang
mener ialah pembawa trofi ISL untuk Arema.
"Kami akan terus melakukan evaluasi berdasar
penyelenggaraan pertandingan lawan Mitra Kukar kemarin. Walau belum ada
kepastian apakah nanti bermain di Gajayana lagi, yang terpenting kami siap
segalanya jika sewaktu-waktu bermain di sini," jelas Ketua Panpel Arema
Abdul Haris seperti dikutip dari Sindonews.com
Rekor Penonton di Laga Jumat Malam
Seperti yang kita tahu, TSC
dimainkan sejak Jumat hingga Senin tiap pekannya. Pertandingan yang digelar
pada Jumat dan Senin bukanlah pertandingan berlabel bigmatch. Jumlah pertandingannya pun tak banyak. Hanya 2 laga dalam
hari tersebut yang dimainkan pada pukul 16.00 WIB dan 21.00 WIB. Hari yang
masih masuk dalam hari kerja membuat pertandingan tersebut tidak menarik banyak
suporter untuk datang ke stadion, mengingat masih ada siaran langsung
pertandingan di televisi.
Sialnya Arema menjadi tim
terbanyak yang menggelar laga pada hari Jumat. Lebih tepatnya Jumat malam. Hingga
pekan ke-21 Arema telah menjalankan 5 laga Jumat Malam. Meski terbanyak
menggelar pertandingan, tapi jumlah penonton mereka tak cukup baik. Bahkan laga
di Gajayana masih kalah jauh dibanding laga yang pernah dimainkan oleh Persija
pada Jumat malam.
Yah, rekor penonton terbanyak di “laga
Jumat malam” masih dipegang oleh Persija Jakarta. Tim Macan Kemayoran ini
pernah ditonton oleh 40.260 orang saat menjamu Persela pada pekan ketiga TSC
2016, Jumat 13 Mei 2016. Saat itu Ismed dan kawan-kawan masih menggunakan Stadion
Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Di stadion yang sama Persija juga
pernah ditonton oleh 39.871 orang dalam laga Jumat malam saat mengalakan PS TNI
1-0 pada 10 Juni 2016. Label sebagai laga perpisahan dengan SUGBK (Persija harus
pindah markas karena stadion tersebut akan direnovasi untuk Asian Games 2018)
suskses menyedot perhatian Tha Jakmania (suporter Persija) untuk hadir langsung
ke stadion.
إرسال تعليق
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.