Usai gelaran Bali Island Cup (BIC) 2016 manajemen Arema membuat keputusan yang fenomenal. Tim asuhan Milomir Seslija itu tak akan lagi diperkuat bek tengah mereka Kiko Insa.
Kiko tak mengisi skuad Arema lantaran sikapnya yang dinilai buruk juga permainannya yang cenederung kasar. Dari laman bola.com diketahui bahwa sebenarnya pemain asal Spanyol tersebut masuk dalam daftar pemain yang dicoret. Namun, kedekatannya kepada Aremania membuat manajemen enggan menuruti kemauan pelatih dan berharap Milo mampuh merubah sikap pemain tersebut seperti yang diharapkannya. Sayangnya, gelaran BIC 2016 justru menjadi algojo bagi pemain berambut mohawk tersebut.
Kiko Insa. ©Wearemania.net |
Satu blunder Kiko yang hampir berbuah gol ke gawang Arema dan sikap acuhnya saat diganti oleh pelatih, membuatnya harus hijrah sementara waktu ke klub lain. Yah, manajemen akhirnya menuruti kemauan Milo untuk tidak menggunakan Kiko.
"Kami berterimakasih kepada Kiko. Tapi dia tetap aset Arema. Karena durasi kontraknya baru diperpanjang lima tahun. Sehingga dia akan dipinjamkan dan ada peluang kembali, kata General Manager Arema Ruddy Widodo dilansir dari laman resmi Arema.
Pemain bernomor punggung 30 tersebut dipinjamkan ke klub Bali United Pusam. Posisinya di Arema pun digantikan oleh Goran Ganchev. Pemain asal Makedonia tersebut diperkenalkan ke publik jelang Piala Gubernur Kaltim.
Keputusan tersebut menuai kritik dari kebanyakan Aremania. Mereka menganggap permainan Kiko jauh lebih baik dari Ganchev. Perihal karakter keras Kiko, mereka membandingkannya dengan Noh Alamshah ataupun pemain lainnya yang menyandang gelar Bad Boys di Arema.
Sah-sah saja memang setiap orang menilai orang lain. Mengkritik manajemen atas semua keputusannya yang tidak kita sukai. Toh, semua itu demi kemajuan tim pujaan juga. Pun begitu dengan penilaian gua terhadap Kiko ataupun keputusan Milo tersebut.
Gua sepakat dengan keputusan untuk tidak menggunakan jasa kiko (setidaknya) saat ini. Dengan alasan yang sama: tempramen dan kasar. Gua masih ingat bagaimana Kiko begitu marah dan kesal saat menghadapi pemain Mitra Kukar dalam semifinal Piala Jenderal Sudirman. Padahal dibandingkan dengan permainannya, aksi pemain Mitra yang diprotes olehnya masih lebih baik dari perlakuannya terhadap pemain Naga Mekes. Sikap Kiko tersebut menurut gua terlalu berlebihan. Jujur aja gua lebih seneng ngeliat permainan "kasar" Juan Revi daripada Kiko.
Pemain bergelar bad boys di Arema juga kebanyakan berposisi di tengah ataupun depan. Sedangkan Kiko berada di belakang. Tentu ini posisi yang berbahaya jika pemain memiliki tempramen yang tinggi, mengingat tugasnya sebagai benteng terakhir pelindung kiper.
Namun, penilaian gua terhadap Kiko bukan berarti mengiyakan Ganchev sebagai bek tengah Arema. Karena sebenarnya gua berharap Milo mau menduetkan Hamka Hamzah dengan Ryuji Utomo. Dalam kondisi kompetisi yang belum stabil rasanya menjadi waktu yang tepat untuk membiasakan duet senior dan junior tersebut. Umur Ryuji yang baru 20 tahun (21 tahun pada 1 Juli nanti) membuat pemain tersebut bisa menjadi aset berharga Singo Edan.
Kini Kiko telah memutuskan Bali United sebagai "sekolah" sementara baginya. Semoga saja di bawah arahan pelatih Indra Sjafri, Kiko bisa kembali ke Malang dengan emosi yang lebih tenang dan tetap berjiwa singa seperti yang ia sampaikan.
***
Begitulah penilaian gua terhadap "kisruh" Milo - Kiko ini. Tulisan ini gua tutup dengan mengutip perkataan seorang tokoh: "tidak boleh ada pemain yang namanya lebih besar dari tim tersebut."
إرسال تعليق
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.