Drawing babak 8 besar Piala Jenderal Sudirman (PJS) sudah dilakukan pada Kamis (3/12/2015) sore. Dalam pengundian yang dilakukan di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta tersebut 8 klub yang lolos dibagi dalam dua grup, yakni Grup D dan Grup E. PS TNI yang menjadi juara Grup C akan menghadapi Mitra Kukar, Semen Padang FC dan Persija Jakarta dalam Grup D yang di gelar di Stadion Manahan Solo. Sedangkan di Grup E Arema Cronus, Persipura Jayapura, Pusamania Borneo FC (PBFC) dan Surabaya United akan saling berhadapan di Stadion Maguwaharjo Sleman.
Dari pembagian grup tersebut, Grup E sepertinya menjanjikan dua buah derby panas. Keduanya melibatkan klub asal Malang, Arema Cronus. Yap, Arema akan menghadapi derby Jawa Timur saat bersua Surabaya United. Selain itu Arema juga akan menjalani derby Acub Zainal saat berduel dengan Mutiara Hitam, Persipura Jayapura.
Derby Jawa Timur
“Saya tidak pernah mau kalah dengan pembalap Surabya. Karena itu ketika balapan saya tidak pernah kalah dengan pembalap Surabaya,” ujar Lucky Adriana Zainal atau yang akrab disapa Sam Ikul saat masih aktif dalam dunia balap nasional seperti dikutip dari buku Arema Never Die. Kalimat yang keluar dari pendiri klub Arema tersebut sepertinya cukup memberikan gambaran betapa panasnya persaingan antara pemuda Surabaya dan pemuda Malang (Kota Batu, Kabupaten Malang dan Kota Malang). Gengsi dua daerah untuk menjadi yang terbaik di Jawa Timur.Seperti yang kita ketahui Surabaya merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur (Jatim) dan menjadikan Surabaya sebagai pusat pemerintahan di provinsi tersebut. Kenyataan itu membuat kota berlogo Buaya – Hiu – Tugu Pahlawan tersebut dianggap yang nomer satu. Pun begitu dengan warga yang menetap di sana. Mereka menganggap mereka adalah warga ibu kota, kelas satu. Lantas bagaimana dengan Malang?
Entah sebuah kesialan atau keberuntungan, letak geografis yang berdekatan dengan Kota Surabaya sering membuat Malang dianggap kota yang nomer 2. Satu tingkat di bawah Surabaya. Istilah warga kelas dua pun melekat di kalangan masyarakat Malang. Pasalnya posisi ini sering dijadikan sindiran warga Surabaya kepada mereka yang berasal dari Malang. Hal itulah yang mematik persaingan dua kota seprovinsi tersebut.
Warga Malang selalu ingin membuktikan diri bahwa mereka bukanlah warga kelas dua yang hidup di bawah bayang-bayang Surabaya. Selalu saja ada rasa dalam diri mereka untuk menjadi barometer Jatim di segala bidang. Apapun itu saat mempertemukan Malang dan Surabaya maka persaingan panas akan tersaji. Persaingan yang membawa harga diri kota asal mereka. Jika perwakilan Surabaya yang menang maka Malang akan kembali menjadi warga kelas 2. Namun jika Malang yang menang, maka warga Malang bisa sedikit jumawa kepada warga Surabaya. Karena mereka sanggup mengalahkan ibu kota. Persaingan tersebut sangat terasa di segala bidang. Terutama bidang olahraga, salah satunya adalah sepakbola.
Sebagai salahsatu olahraga terpopuler di negeri ini dan di Provinsi Jawa Timur –coba lihat provinsi mana di Indonesia yang setiap kotanya memiliki klub dengan basis suporter yang besar meski bukan ibu kota, jawabannya adalah Jawa Timur-- sepakbola pun menjadi media untuk membuktikan diri dua kota tersebut. Warga Malang merepresentasikan diri dan harga diri mereka pada klub Arema, sedangkan warga Surabaya melalui klub Persebaya Surabaya.
Sebenarnya Persebaya bukanlah lawan Arema di sepakbola nasional. Karena mereka berada di kompetisi yang berbeda; Persebaya bermain di Liga Perserikatan sedangkan Arema berlaga di Galatama. Lawan pertama Arema yang berasal dari Surabaya adalah Niac Mitra atau Mitra Surabaya. Sedangkan Persebaya dan Arema baru bertemu sejak Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi Liga Indonesia (Ligina).
Pindahnya Mitra Surabaya ke Kutai Kartanegara juga menjadikan Persebaya sebagai pesaing utama Arema. Seperti yang dibilang di awal, persaingan Arema dan Persebaya sejatinya adalah persaingan Malang dan Surabaya. Jadi apapun namanya, selama itu berasal dari Surabaya maka itu adalah lawan yang harus dikalahkan Arema untuk lepas dari bayang-bayang Surabaya.
Dibumbui hal tersebut, pertemuan Arema dan Persebaya pun selalu menghadirkan pertandingan yang keras bahkan menjurus kasar. Psywar tidak hanya terjadi antar tim ataupun official, tapi juga di antara pendukung mereka, Aremania dan Bonek. Bentrokan pun sering terjadi saat kedua pendukung tersebut saling bertemu dalam jumlah yang masiv. Alasan yang membuat PSSI melarang Aremania untuk mendukung Arema di Surabaya pun begitu sebaliknya, Bonek dilarang datang ke Malang mendukung Persebaya.
Pertemuan terakhir Arema dan Persebaya adalah di Semifinal SCM Cup 2015. Dalam pertandingan yang digelar di Stadion Jakabaring Palembang tersebut Singo Edan berhasil menang tipis 1-0 melalui gol salto El Loco Gonzales. Namun, hasil itu tidak bisa menjadi patokan karena baik Persebaya maupun Arema telah mengalami perubahan.
Di babak 8 besar nanti Arema memang tidak akan bertemu dengan Persebaya melainkan Surabaya United. Namun, melihat cikal bakal klub tersebut, wajar sepertinya bila menganggap Surabaya United adalah Persebaya. Toh, mereka adalah tim yang dahulu bernama Persebaya Surabaya dan mendapatkan promosi dari Divisi Utama ke ISL. Mereka juga yang mendapat hak bermain di ISL dengan menggunakan nama Persebaya Surabaya saat unifikasi liga pada musim lalu. Jadi, rasanya tidak salah kalau menganggap Surabaya United adalah Persebaya Surabaya. Yah, setidaknya klub tersebut berasal dari Surabaya seperti halnya Niac Mitra ataupun Mitra Surabaya yang pernah menjadi pesaing utama Arema.
Jadi, seperti apa derby penuh gengsi daerah ini akan tersaji nanti? Kita lihat saja Malang atau Surabaya yang akan menjadi nomer satu di Jenderal Sudirman Cup!
Derby Acub Zainal
Beda Persebaya, beda pula Persipura. Riwayat pertemuan Arema dengan tim asal Jayapura tersebut sebenarnya tak sepanjang dengan Persebaya. Meski sering bertemu sejak Liga Indonesia bergulir, nyatanya rivalitas sengit mereka baru terasa pada era Indonesia Super League (ISL). Tepatnya pada musim 2009-2010. Saat Arema mampuh mengalahkan Persipura dalam perebutan gelar juara di kasta tertinggi sepakbola Indonesia tersebut.Pertemuan Arema dengan Persipura selalu gua sebut dengan derby Acub Zainal. Pasalnya antara Arema dan Persipura memiliki keterikatan cerita dengan sang Jenderal Acub.
Acub Zainal adalah bapak dari Sam Ikul. Jenderal bintang dua tersebut adalah orang yang meminta Sam Ikul untuk mendirikan klub Galatama di Malang. Sebuah keinginan yang akhirnya melahirkan klub sepakbola Arema. Sedangkan, bagi masyarakat Papua Acub adalah mantan Gubernur mereka (saat itu masih bernama Irian Jaya). Masa bakti sang jenderal terbilang singkat, hanya tiga tahun (1973-1975). Namun, dalam waktu yang singkat tersebut Acub banyak meninggalkan jejak manis di wilayah timur Indonesia tersebut. Terutama dalam bidang olahraga.
Di era Acub Stadion Mandala Jayapura yang menjadi kebanggaan Persipura Mania (pendukung Persipura), dipugar untuk pertama kalinya. Bukan hanya itu, kepeduliannya terhadap dunia olahraga Papua, terutama sepakbola, juga ia tunjukan dengan menggelar kompetisi sepakbola antar-kabupaten se-Papua untuk memperebutkan Piala Acub Zainal. Bahkan saat ia tak lagi menjabat gubernur, ia masih memberikan dukungan dan motivasi bagi Persipura Jayapura dalam kompetisi Perserikatan.
Pengalamannya di Papua bahkan memberikan pengaruh terhadap tim Arema. Mantan pengurus teras PSSI era 80-an ini pernah meminta Sam Ikul untuk selalu memiliki pemain berdarah Papua dalam tim Arema. Alasannya agar Arema memiliki semangat dan tenaga yang keras seperti orang-orang Papua. Maka, tak heran nama-nama pemain asal Papua pernah menjadi bagian dari skuad Singo Edan. Bahkan salah satu legenda Arema memiliki dari Papua, Mecky Tata.
Saat ini di Arema memang tak ada pemain asal Papua, tapi bukan berarti Singo Edan jadi ompong. Terbukti, dari hasil yang diraih Arema dalam babak penyisian grup PJS. Menjadi juara grup dengan 12 poin tentu hasil yang lebih baik dibanding Persipura yang hanya berhasil mengumpulkan 9 poin. Namun, bukan berarti Arema bisa jumawa. Dalam 32 pertemuan dua tim tersebut Persipura lebih diunggulkan dengan 15 kali kemenangan sedangkan Arema hanya mampuh menang 13 kali.
Selain itu, rekol gol Persipura ke gawang Arema juga lebih besar. Tim Mutiara Hitam (julukan Persipura) pernah membantai Arema 6-0 di Stadion Mandala Jayapura dalam Liga Indonesia 2013 dan 6-1 pada ISL 2010-2011. Bahkan di ISL musim 2008-2009 Arema pernah dipermalukan 0-5 oleh Boaz dkk di Stadion Kanjuruhan Malang. Namun, bukan berarti Singo Edan tak pernah mencetak banyak gol ke gawang Mutiara Hitam.
Arema pernah membobol gawang Persipura 4 gol dalam ajang SCM Cup. Padahal saat itu Arema dalam kondisi tertinggal 0-1 dan berhasil membalikan kedudukan menjadi 4-1. Hasil tersebut juga memupuskan asa pelatih Osvaldo Lesa untuk membawa anak asuhnya ke Semifinal SCM Cup 2015. Rekor 4 gol menjadi rekor gol terbanyak Arema ke gawang Persipura.
Selain rekor gol dan jumlah kemenangan, bersua Peripura juga akan selalu menjadi pertandingan yang panas, keras, dan (mungkin) kasar. Gaya keras ala malangan akan bertemu kengototan ala Papua. Hasilnya mungkin akan berbuah hujan kartu dalam pertandingan yang akan digelar pada Minggu, 13 Desember 2015 nanti. Apalagi jika melihat pertandingan terakhir mereka di babak 8 besar ISL 2013. Dalam pertandingan tersebut dua kartu merah keluar dari wasit Najamudin Aspiran untuk Dendi Santoso dan Ruben Sanadi karena keduanya terlibat aksi saling pukul. Kejadian tersebut juga memancing emosi offisial tim Persipura, yang kemudian dijatuhkan sangsi larangan setahun terlibat dalam sepakbola oleh Komdis PSSI karena terlihat memukul dan mencekik Kiper Arema, Kurnia Meiga.
Dari semua catatan tersebut sepertinya pertandingan perdana Arema – Persipura akan menjadi tontonan yang menarik. Jual – beli serangan dan tensi emosi yang tinggi seakan mengiming-imingi laga yang akan digelar di Stadion Maguwaharjo Sleman tersebut. Yap, Singo Edan atau Mutiara Hitam yang akan memenangkan Derby Acub Zainal kali ini? mari kita saksikan di laga kedua Grup E Piala Jenderal Sudirman 2015!
إرسال تعليق
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.