Bagian depan Museum Kebangkitan Nasional yang masih mempertahankan bentuk saat masih menjadi STOVIA, Jakarta, Minggu (24/05/2015). Foto: Fachrul Irwinsyah |
Bicara tentang Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei, maka kita tak pernah bisa lepas dari lahirnya Organisasi Boedi Oetomo (BO). BO lahir 20 Mei 1908 oleh pelajar-pelajar School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA). Sebuah sekolah kedokteran yang terdapat di Batavia.
BO tidak lahir begitu saja. Semua bermula dari pemikiran dr. Wahidin Soedirohoesodo. Seorang dokter yang merasa prihatin dengan kondisi masyarakat tidak mampu. Mereka tidak dapat merasakan pendidikan formal ataupun melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itulah, sang dokter kelahiran Mlati, Sleman tersebut merasa perlu untuk mendirikan Studiefonds atau dana pendidikan (sekarang mungkin seperti beasiswa pendidikan) yang ia kumpulkan dari bangsawan Jawa maupun Belanda. Demi mencapai tujuannya itu, ia pun berkeliling Pulau Jawa untuk melakukan propaganda studiefonds hingga akhirnya singgah di STOVIA.
Dalam kunjungannya di STOVIA, ia menyampaikan kepada para pelajar STOVIA akan pentingnya pendidikan untuk membebasan diri dari keterbelakangan dan kondisi masyarakat yang melatarbelakangi studiefonds yang ia lakukan. Hal tersebut menggugah Raden Soetomo dan Mas Soeradji untuk kembali menemuinya dan mendiskusikan cita-cita mulia itu.
Usai pertemuan tersebut, Soetomo dan Soeradji pun menjadi sering berdiskusi mengenai kesamaan budaya, bahasa, wilayah dan nasib bangsa bersama para pelajar STOVIA di ruang rekreasi STOVIA. Hingga pada 20 Mei 1908 di Ruang Anatomi para pelajar STOVIA berkumpul dan sepakat untuk mendirikan Oraganisasi Boedi Oetomo, juga memilih Raden Soetomo sebagai ketua organisasi tersebut.
Foto sembilan orang pengurus pertama Organisasi Boedi Oetomo dan patung replika Raden Soetomo yang terdapat di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu (24/05/2015). Foto: Fachrul Irwinsyah |
Boedi Oetomo yang semula hanya organisasi pelajar STOVIA pun berubah menjadi lebih luas setelah Kongres Pertama yang dilaksanakan di Yogyakarta pada 3-5 Oktober 1908. Keanggotaan Boedi Oetomo pun terbuka bagi mereka yang di luar STOVIA.
Cerita tersebut gua dapat dari buku yang dibagikan oleh penjaga Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta saat gua dan Evi berkunjung pada Minggu, 24 Mei 2015 lalu. Empat hari setelah kita semua, Warga Indonesia merayakan 107 tahun Kebangkitan Nasional.
Rangkaian cerita berdirinya Organisasi Boedi Oetomo yang terpajang di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu (24/05/2015). Foto: Fachrul Irwinsyah |
Koleksi Museum Kebangkitan Nasional
Menempati gedung bekas STOVIA di Jalan Abdul Rahman Saleh, Museum Kebangkitan Nasional tidak hanya menyimpan cerita lahirnya Boedi Oetomo. Di gedung yang baru saja direvitalisasi tersebut juga terdapat kisah pengobatan yang terdapat di Indonesia.Suasana lorong bangunan Gedung STOVIA yang kini menjadi Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu (24/05/2015). Foto: Fachrul Irwinsyah |
Alat-alat pengobatan tradisional di Nusantara yang menjadi koleksi Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu (24/05/2015). Foto: Fachrul Irwinsyah |
Kisah itu tertuang di tiga ruangan sisi kanan museum. Ruangan yang terlihat lebih modern dibandingkan ruangan lainnya di Museum Kebangkitan Nasional itu memajang kisah pengobatan yang terdapat di Indonesia. Dari cara pengobatan yang tradisional dengan jimat dan metode dukun, hingga pengobatan yang modern dengan alat-alat kedokteran. Kisah itu terpajang di dinding tiga ruangan dan dibagi berdasarkan waktu dan jenis peralatannya.
Selain kisah yang tertempel di dinding, dalam ruangan berpendingin udara tersebut juga terpajang koleksi alat pengobatan yang digunakan oleh pelajar STOVIA untuk praktik selama menempuh pendidikan kedokteran. Sayangnya, tidak ada video yang bisa memperlihatkan bagaimana cara penggunaan alat-alat tersebut pada masanya. Parahnya lagi ada satu ruangan yang tidak terawat dan isi koleksinya tak sesuai dengan yang tertulis.
Salah satu ruangan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu (24/05/2015). Ruangan ini menggambarkan suasana asrama STOVIA saat masih digunakan sebagai sekolah dokter. Foto: Fachrul Irwinsyah |
Sebagai sekolah kedokteran pada masa Belanda, gedung ini juga memajang diorama-diorama suasana kelas dan asrama pada masanya. Ya, sebuah asrama yang menjadi tempat lelap para calon dokter itu, terdapat tepat di samping Ruang Anatomi –ruangan yang menjadi tempat lahirnya Boedi Oetomo.
Gua sempat bertemu dengan pengunjung lain yang pernah ke museum ini sebelumnya. Menurutnya ada beberapa bagian museum yang telah berubah. Perubahannya bukan pada bentuk bangunannya, tapi penggunaan ruangan. Dari buku panduaan juga terlihat ada perubahan dalam bentuk diorama yang disajikan. Berubah atau engga tetep saja Gua ataupun Evi sama-sama gak tau seperti apa sebenarnya museum ini sebulumnya. Maklum, ini memang kunjungan pertama gua ke Museum Kebangkitan Nasional pun begitu dengan Evi.
Bagaimanapun susunan isi Museum Kebangkitan Nasional dulu, kini atau nanti, tetap cerita tentang lahirnya organisasi yang membangkitkan rasa nasionalisme, Boedi Oetomo akan terus ada di setiap sisi dan sudut gedung tua bertuliskan School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen. Gedung tua yang selalu menanti lo untuk datang, berkunjung, dan mengenal sejarah bangsa ini.
“Sadar akan nasib bangsa, kemudian bangkit untuk memperbaiki dan memperjuangkan apa yang mereka sadari. Itulah yang dilakukan oleh pemuda-pemuda di STOVIA satu abad lebih tujuh tahun yang lalu. Lantas bagaimana dengan saat ini?”
إرسال تعليق
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.