Siluet Candi Borobudur dilihat dari Bukit Punthuk Setumbu, Kamis (30/1/2014). (Foto: Fachrul Irwinsyah) |
Keindahan pemandangan matahari terbit di Punthuk Setumbu pertama kali dilihat oleh Suparno, seorang warga sekitar yang menemukan lokasi ini tahun 2004. Sejak saat itulah para pumuda dan pemerintahan desa mulai menata lokasi dengan dana swadaya. Tidak heran bila pengelolaannya pun diberikan kepada pemuda sekitar, mulai dari parkir, tiket masuk, perbaikan trek menuju puncak hingga semua yang menyangkut keselamatan bagi para pengunjung.
Jam masih menunjukan pukul 3 pagi saat mobil kami melaju ke Dusun Kerahan, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Mobil menyusuri jalanan yang sepi dari aktivitas masyarakat. Satu kesulitan berangkat saat pagi buta bagi kami yang tidak tahu jalan adalah tidak ada yang dapat ditanyai arah ke lokasi. Kami beruntung saat memasuki daerah Desa Karangrejo kami bertemu dengan tukang ojek dan mau mengantarkan kami hingga ke pos Punthuk Setumbu.
Tukang ojek yang mengantar kami adalah ojek yang sering mengantarkan wisatawan ke Punthuk Setumbu. Karena selain menggunakan mobil pribadi atau mobil sewaan hotel, alternatif angkutan untuk ke Punthuk Setumbu hanyalah ojek.
Hingga sekitar 15 menit kami tiba di pos jaga Punthuk Setumbu. Dari pos ini kami masih harus sedikit trakking untuk sampai ke puncak bukit. Bagi kalian yang tidak biasa trekking, tidak perlu khawatir karena treknya berupa gundukan yang seperti tangga. Jadi cukup nyaman untuk dilewati. Jaraknya pun tidak terlalu jauh, sekitar 15 menit kita sudah sampai di puncak Punthuk Setumbu.
Puncak Punthuk Setumbu berbentuk pelataran yang memanjang 200 meter arah utara ke selatan. Di tepinya diberi pembatas agar pengunjung tetap aman. Pelataran ini bisa menampung hingga 1000 orang, tapi dengan jumlah segitu maka pengunjung harus berdesakan untuk bisa menikmati matahari pagi. Kami beruntung karena pengunjung saat itu tidak terlalu ramai, jadi kami masih leluasa untuk mencari spot yang enak untuk memotret.
Waktu terus berjalan seiring menggulungnya kabut-kabut yang selimuti Borobudur. “eh itu borobudurnya udah keliatan. Kecil ya,” ujar seorang teman. Dari Punthuk Setumbu Borobudur memang terlihat kecil dan terkesan berada di atas awan.
Meski pagi itu sedikit mendung, matahari sepertinya tak ingin kecewakan para penantinya. Perlahan sang mentari mulai keluar dari peraduannya. Semburat jingganya dengan genit menyentuh Borobudur yang seakan membangunkan candi terbesar di Asia Tenggara tersebut dari tidur malamnya. Melihat keindahan pagi itu, tanganku tak hentinya menekan shutter release mengabadikan setiap inci bergeraknya matahari yang seiring dengan terbelahnya kabut di sekitar Borobudur. Dalam hati aku berkata, “tak sia-sia kami menahan kantuk dan dingin karena yang kami tunggu akhirnya tiba. Sungguh cantinknya alam-Mu, Tuhan”.
إرسال تعليق
Dilarang mempromosikan situs judi, situs porno dan tindak pidana lainnya. Komentarlah dengan etika tanpa melanggar UU ITE.